Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Wiraswasta

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Gengsi Mudik dan Kesehatan Mental di Bulan Ramadhan

13 Maret 2025   15:08 Diperbarui: 13 Maret 2025   15:17 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gengsi Mudik dan Kesehatan Mental di Bulan Ramadhan
Mental dan kesabaran diperlukan dalam perjalanan mudik (foto-Kompas.com).

Siapakah yang berani bilang, "Mari kita jalani puasa dengan tenang"? Untuk kita yang perantauan ini, Ramadan bukan sekadar menahan lapar dan haus. 

Sejak hari pertama, bayang-bayang mudik sudah mengisi kepala. Bukan hanya soal kapan bisa pulang, tapi juga bagaimana caranya, dengan apa, dan apa yang harus dibawa. Pulang dengan tangan kosong? Ah, tentu saja gengsi.

Bagi yang tak punya kendaraan sendiri, berburu tiket mudik gratis yang diselenggarakan oleh pemerintah atau perusahaan swasta jadi tantangan tersendiri. 

Satu kursi bus atau kereta api yang gratis itu bagai emas di tengah padang pasir, dan kalau tak kebagian, pilihan berikutnya adalah berburu tiket berbayar yang harganya melambung tinggi. Ada yang bersiasat dengan membeli jauh-jauh hari, ada pula yang pasrah mengadu nasib di loket terakhir. 

Jika semua itu gagal, masih ada alternatif: bus yang berjejal atau kereta ekonomi dengan perjalanan panjang yang menuntut kesabaran luar biasa. 

Tapi bagi mereka yang badannya masih kuat, semangat mudik lebih besar dari rasa lelah. Tak sedikit yang memilih menempuh perjalanan ratusan kilometer dengan motor, dari Jakarta ke Jombang, dari Bekasi ke Blitar, membelah jalanan bersama ribuan pemudik lain yang rela tersiksa demi satu hal kembali ke kampung halaman.

Semangat mudik ini bukan sekadar soal rindu keluarga, tapi juga tentang pembuktian diri. 

Ada sesuatu yang harus dibawa pulang---entah itu barang, cerita sukses, atau sekadar ilusi bahwa hidup di rantau telah membawa perubahan. Itulah sebabnya, Ramadan justru menjadi bulan di mana angka jual beli mobil meningkat drastis. 

Meskipun menggunakan kendaraan Pribadi Kesabaran dan kewaspadaan harus ada (Foto-Kompas.com).
Meskipun menggunakan kendaraan Pribadi Kesabaran dan kewaspadaan harus ada (Foto-Kompas.com).
Ada yang membeli kendaraan baru bukan karena kebutuhan, melainkan demi gengsi. 

Tak sedikit yang nekat mengambil kredit hanya untuk memastikan bahwa saat pulang kampung nanti, mereka terlihat lebih berhasil. Meski setelah Lebaran, dompet terkuras, cicilan menunggu, dan kenyataan kembali menampar keras, setidaknya selama beberapa hari, mereka bisa berjalan tegap di hadapan sanak saudara.

Tapi tak semua perantau larut dalam euforia ini. Ada yang tetap hidup dengan sederhana, mengutamakan ibadah, berusaha istiqomah menahan godaan belanja berlebihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

24 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY TOPIC

Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat

pegadaian  blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 22 
25 Mar 2025

Kasih Bocoran Outfit Lebaran

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 23
26 Mar 2025

MYSTERY CHALLENGE

Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran

blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 24
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun