#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id
Suasana Santai yang Alami di Taman Suropati
Wilayah Menteng tak hanya punya Taman Menteng dan Taman Situ Lembang saja untuk chill and heal. Kompasianer bisa menginjakkan kaki sekaligus duduk santai di Taman Suropati. Sebuah tempat yang dipenuhi pohon hijau dan udara segar sehingga membuat diri lebih tenang dari kesibukan harian yang kadang menyita waktu.
Beberapa kali, penulis datang ke Taman Suropati untuk beristirahat sejenak dari rutinitas. Masa kuliah menjadi momen pertama aku melangkahkan kaki ke ruang terbuka hijau ini.
Melihat sudut taman yang memiliki luas 16.328m2 sungguh menyenangkan hati. Aku bisa merasakan energi positif dari pepohonan rindang yang mengelilingi Taman Suropati di tengah hiruk pikuk Jakarta. Jelajah taman pun tak terasa membosankan karena banyak sudut atau pojok santai yang justru bisa memanjakan mata.
Asyiknya, kedatangan kali pertama itu aku bisa melihat penampilan dari Taman Suropati Chamber yang sedang latihan saat akhir pekan. Alunan musik klasik yang mereka mainkan dari alat-alat musik gesek dan petik menarik perhatianku untuk mengulik dalam bentuk karya film dokumenter. Beranjak dari hal itu, aku pernah membuat film dokumenter bertajuk "Musik Klasik di Taman Klasik" setelah terpikat lantunan orkestra mereka yang seirama.
Kini, akses Taman Suropati sudah ramah transportasi publik. Bagi warga Jakarta yang ingin membawa kendaraan pribadi seperti motor tersedia area khusus dekat taman. Sementara untuk yang mengendarai mobil biasanya parkir masih diatur sepanjang bahu jalan. Makanya, lebih asyik jalan santai ke taman ini atau sambil mengendarai kendaraan anti polusi seperti sepeda.
Taman yang lingkungannya masih terjaga dengan baik ini nyatanya ada sejak zaman Belanda dengan nama Boorgermeester Bisschopplein. Namanya pun diubah supaya lebih dekat dengan nama pahlawan nasional, Untung Suropati. Perubahan nama ini berlangsung setelah Indonesia Merdeka.
Setelah itu, Taman Suropati mendapat julukan sebagai "Taman Persahabatan Seniman ASEAN". Julukan ini didapat setelah 6 orang seniman ASEAN membuat monumen-monumen perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara yang tersebar dibeberapa spot taman. Adapun monumen-monumen dibangun oleh perwakilan 6 negara pendiri ASEAN yang masing-masing punya makna:
- Simbol perdamaian, harmonis, dan bersatu (peace, harmony, and one) dibuat oleh Lee Kian Seng (Malaysia)
- Simbol semangat ASEAN (spirit of ASEAN) dibuat oleh Wee Beng Chong (Singapura)
- Simbol perdamaian (peace) dibuat oleh Sunaryo (Indonesia)
- Simbol persaudaraan (fraternity) dibuat oleh Nonthivathn Chandhanapalin (Thailand)
- Simbol keharmonisan dibuat oleh Awang HJ Latirf Aspar (Brunei Darussalam)
- Simbol kelahiran (rebirth) kembali dibuat oleh Luis E. Yee Jr (Filipina)
Tak hanya sekadar jalan-jalan menikmati alam, Taman Suropati juga familiar digunakan untuk olahraga, berjejaring komunitas, piknik bersama orang tersayang, sampai bermain dengan keluarga bahkan hewan peliharaan. Buat yang ingin jajan, starling (starbucks keliling) pun bisa dijumpai di taman ini.
Taman Suropati begitu indah diabadikan menggunakan kamera. Pepohonan besar yang tinggi, rerumputan, bunga, dan semak menambah unsur alami. Di bagian tengah taman, ada area lapang luas untuk berolahraga.