Pernahkah kamu mendengar tentang tiga kata ajaib? Saya yakin, sangat tidak asing bagi kita semua dengan tiga kata ajaib ini, yaitu “tolong”, “maaf”, dan “terima kasih”. Kata-kata yang sangat umum dan sering dikatakan semua orang dalam berinteraksi sosial.
Apakah kamu percaya kata-kata tersebut benar-benar memiliki keajaiban? Memangnya begitu penting penerapan tiga kata ajaib itu dalam kehidupan, termasuk mengajarkannya kepada anak? Kapan waktu yang tepat untuk mengatakan tiga kata ajaib itu? Yuk, mari kita simak!
Ada Apa di Malam Ramadan?
Sebenarnya berkumpul bersama keluarga besar itu sering saya lakukan. Minimal setiap malam minggu, rumah kami selalu menjadi tempat asyik mengobrol para encang, encing, dan keponakan. Saya tinggal di lingkungan keluarga Betawi bersama suami yang rumahnya saling berdekatan. Selalu ada keluarga yang menyempatkan diri untuk mengunjungi dan bermain ke rumah.
Tidak jarang, tetangga pun sering mampir ke rumah, mengajak anaknya bermain bersama anak-anak saya. Teras kami memang terbuka, ukurannya cukup longgar untuk tempat bermain anak, sehingga banyak anak-anak yang senang bermain di depan rumah.
Beberapa hari lalu, pada malam ramadan, anak-anak saya sedang asyik bermain di teras bersama teman-temannya. Ada kakak ipar, dan tetangga yang sedang mengobrol sembari mengawasi anak. Saya kebetulan sedang berada di dalam rumah. Wajarnya anak balita, sangat ramai ketika sedang bermain.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan anak kedua saya, saya langsung memanggil anak pertama saya. Panggil saja anak pertama (abang), dan anak kedua saya (adik). Ketika abang ditanya alasan adiknya menangis, ternyata ia tidak sengaja melempar mainan ke adiknya saat sedang bermain. Lemparan itu mengenai dahi adik cukup keras, sehingga adik menangis. Encangnya langsung menenangkan adik.
Saya mencoba memahami kondisi, memang abang tidak sengaja membuat adik menangis. Namun, menurut saya, abang perlu meminta maaf karena kurang berhati-hati saat bermain, sehingga menyebabkan adik terluka dan menangis. Saat itu, abang merengek, tidak ingin meminta maaf kepada adik. Ketika saya tanya alasan abang tidak mau meminta maaf, abang mengatakan bahwa ia malu meminta maaf kepada adik.
Loh, kenapa harus malu meminta maaf? Saya langsung menjelaskan kepada abang, tidak perlu malu meminta maaf. Kalau memang melakukan kesalahan, tidak perlu malu meminta maaf kepada siapa pun. Baik itu kepada orang yang lebih tua atau lebih muda dari abang.
Lalu, saya berkata, “abang pernah kan lihat ibu minta maaf ke abang kalau salah?”, langsung dijawab “iya”. Saya ingin anak mengerti, meminta maaf itu perlu dilakukan apabila seseorang melakukan kesalahan. Sejak dulu, saya tidak pernah malu untuk meminta maaf kepada anak, apalagi kalau memang benar itu salah saya.