Reunifikasi Jerman pada 3 October 1990 bukanlah penggabungan dua negara yang setara, melainkan peleburan Jerman Timur ke dalam struktur yang sudah ada di Jerman Barat. Sistem hukum, kerangka ekonomi, dan institusi politik Jerman Barat tetap utuh, sementara ekonomi sosialis Jerman Timur dibubarkan. Mata uang Jerman Timur digantikan oleh Deutsche Mark, dan sebagian besar industrinya diprivatisasi atau bahkan ditutup.
Bahkan dalam pemerintahan, para pejabat Jerman Timur sebagian besar digantikan oleh administrator dari Jerman Barat. Namun, meskipun dominasi Jerman Barat dalam berbagai aspek sangat jelas, ada satu keputusan besar yang menyimpang dari pola ini, yaitu pemindahan ibu kota dari Bonn ke Berlin.
Keputusan untuk memindahkan ibu kota bukanlah keputusan yang bersifat praktis, melainkan simbolis. Berlin, yang pernah terbagi oleh Tirai Besi, mewakili cita-cita Jerman yang benar-benar bersatu, sementara Bonn hanyalah pusat administrasi Jerman Barat. Pemindahan ibu kota ke Berlin dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa reunifikasi bukan hanya ekspansi Jerman Barat, tetapi pembentukan negara yang benar-benar baru dan bersatu.
Lantas, jika Jerman justru memutuskan untuk mempertahankan Bonn sebagai ibu kota, bagaimana konsekuensinya terhadap lanskap politik, jalur ekonomi, kepemimpinan di Uni Eropa (UE), dan pengaruh global dari negara tersebut?
Dampak Politik dan Simbolis dari Berlin sebagai Ibu Kota
Pemilihan Berlin sebagai ibu kota memperkuat gagasan bahwa Jerman Timur dan Barat bersatu sebagai mitra yang setara. Ini menjadi pernyataan kuat bahwa reunifikasi bukan sekadar pengambilalihan oleh Barat.
Secara politik, pemilihan Berlin juga membantu mengubah identitas Jerman dari negara yang berfokus pada ekonomi menjadi kekuatan diplomatik yang lebih proaktif. Lokasi kota Berlin, yang berada di persimpangan Eropa Timur dan Barat, menjadikannya pusat alami bagi kepemimpinan dan negosiasi di antara negara-negara Eropa.
Jika Bonn tetap menjadi ibu kota, narasi politik mengenai reunifikasi mungkin akan sangat berbeda. Keputusan untuk tetap mempertahankan pemerintah di Bonn akan semakin memperkuat persepsi bahwa Jerman Timur hanya diserap ke dalam Jerman Barat, bukan benar-benar diintegrasikan. Warga Jerman Timur, yang sudah berjuang dengan kesulitan ekonomi dan sosial, mungkin akan merasa semakin terpinggirkan dalam Jerman Bersatu.
Tanpa peran simbolis Berlin, komitmen Jerman terhadap Eropa Timur mungkin juga akan lebih lemah, karena Bonn tidak memiliki hubungan geografis dan historis yang kuat dengan Timur seperti Berlin.
Keputusan untuk memindahkan ibu kota ke Berlin memang sangat kontroversial, dengan pemungutan suara di Bundestag pada 20 Juni 1991 dimenangkan hanya dengan selisih delapan belas suara (Berlin 338, Bonn 320), mencerminkan perpecahan politik yang mendalam. Pemindahan ini juga menimbulkan biaya finansial yang besar, dengan total pengeluaran mencapai sekitar 10,2 miliar dengan target pindah paling lama pada tahun 2000.