Nak, mari duduk sebentar. Ibu ingin bercerita. Ini bukan petuah panjang lebar yang akan membuatmu bosan, tapi sekadar obrolan kecil dari seorang ibu yang ingin anak perempuannya menemukan kebahagiaan sejati.
Suatu hari, Ibu melihat seorang perempuan menangis di warung sayur dekat rumah. Tangannya sibuk memilah-milah bayam, tapi wajahnya sendu.
Mbok Sayur yang sudah paham gelagat pelanggannya bertanya, "Kenapa, Mbak?" Dengan suara pelan, perempuan itu menjawab, "Suami saya hilang entah ke mana, Bu. Sudah dua minggu tidak pulang."
Ibu terdiam mendengar cerita itu. Perempuan itu, yang usianya mungkin tak jauh dari kamu, sedang menghadapi kenyataan pahit: menikah dengan lelaki yang tidak bertanggung jawab.
Bukan Sekadar Jatuh Cinta
Nak, ketika kita bicara tentang pasangan hidup, sering kali kita terbawa oleh perasaan. Cinta itu memang indah.
Rasanya seperti melihat kembang api di malam tahun baru, berkilauan dan membahagiakan. Tapi, setelah kembang api itu padam, apa yang tersisa? Yang ada hanya langit gelap.
Begitu pula dengan pernikahan. Cinta yang membara bisa memudar, tetapi tanggung jawab adalah sesuatu yang tetap. Jangan hanya melihat bagaimana seorang pria bersikap saat jatuh cinta, tapi perhatikan bagaimana dia bertindak saat menghadapi kesulitan. Apakah dia tipe yang lari dari masalah atau justru menghadapinya dengan kepala tegak?
Tanggung Jawab Itu Seperti Tiang Rumah
Pernikahan adalah seperti rumah. Cinta itu dindingnya, tapi tanggung jawab adalah tiangnya. Jika hanya ada dinding tanpa tiang, rumah itu mudah roboh. Begitu pula dengan hubunganmu nanti.