2 Hal Ini Menjadi Tanda Permintaan Maaf Itu Lahir Sampai Batin
Halal bi halal marak digelar di bulan syawal. Acara yang menjadi kemasan kegiatan saling bermaaf-mafan tersebut begitu masif terselenggara di berbagai tempat baik instansi pemerintah/swasta maupun masyarakat. Tujuan sama yaitu mengikrarkan permohonan maaf dan pemberian maaf.
Melihat dari jumlah penyelenggara dan pelaksana kegiatan tidak saja menarik, namun juga menggembirakan. Menarik, karena bulan syawal dari awal sampai akhir penuh dengan kegiatan "syawalan" atau halal bi halal di berbagai tempat. Menggembirakan, karena kegiatan tersebut diselenggarakan oleh semua level social. Instansi pemerintah dari pusat sampai level daerah (walaupun level pusat dibatasi). Perusahaan, pelaku UMKM, sekolah-sekolah, bahkan sampai menyentuh masyarakat baik pedesaan maupun perumahan. Semua berada dalam spirit menggelar acara saling memaafkan dengan kemasan acara hal bihalal.
Namun, realita yang terjadi, belum tentu seindah euphoria yang tengah terjadi dan bahkan terus terjadi. Oleh sebab itu kita berharap "gelaran" acara yang mempunia nilai positip tersebut semoga tidak hanya terjebak pada acara seremonial bermaaf-maafan. Sebab apabila terjebak, maka yang terjadi adalah berpura-pura minta maaf dan berpura-pura memberi maaf. Apabila hal ini terjadi, maka sangat disayangkan. Sebab selain banyak memakan biaya juga mubazirnya waktu yang dimanfaatkan, apalagi harus bermacet-macet ria agar dapat mengikuti kegiatan.
Menjawab 2 Pertanyaan ini
Ada instrumen sederhana yang bisa kita gunakan untuk megetahui kegiatan bermaaf-maafan yang kita lakukan itu lahir sampai batin atau hanya sampai lahir saja. Instrumen tersebut berupa pertanyaan yang terkait dengan kegiatan tersebut. Apabila jawabannya "ya" maka bermaaf-maaf nya hanya sampai lahir saja. Namun apabila jawabanya "tidak" maka bermaaf-maafnya bisa lahir sampai batin. Kalau jawabanya "ya dan tidak", maka jawabanya "setengah hati". (kira-kira seperti itu).
1. Apakah pada saat minta maaf hanya kepada orang yang tidak ada masalah dengan kita?
Pertanyaan pertama adalah diarahkan pada siapa saja yang dimintai maaf pada saat acara halal bihalal? Kalau yang dimintai maaf semua orang, baik yang tidak ada masalah maupun yang ada masalah dengan diri kita, maka dipastikan bahwa permintaan maafnya bisa lahir sampai batin. Sebab umumnya yang terjadi, mau berjabat tangan hanya kepada orang-orang yang tidak ada masalah dengan kita. Sedangkan bagi yang ada masalah, biasanya kita lewati.
2. Apakah setelah minta maaf, masalah yang pernah terjadi dengan kita, masih dilanjutkan lagi?
Ketika kita berinteraksi dengan orang banyak, dapat dipastikan bahwa ada kesalahan yang bis akita lakukan. Baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik itu melalui kata-kata maupun tindakan. Bisa saja kesalahan tersebut membuat orang lain terluka atau setidaknya tergores perasaannya. Oleh sebab itu, pada kegiatan halal bihalal, apabila sudah meminta maaf dan memberi maaf, setelah acara selesai masih dilanjutkan lagi, maka dapat dipastikan bahwa acara bermaaf-maafan yang dilakukan, belum lahir sampai batin.
Dua hal tersebut hanya merupakan cermin yang bisa kita pakai untuk melihat butiran-butiran permohonan maaf dan pemberian maaf yang kita lakukan. Sedangkan cermin yang sesungguhnya adalah hati kita. Apabila hati kita banyak putihnya, maka meminta dan memberi maaf itu menjadi kebutuhan fitrah kita sebagai manusia. Namun, kalau hati kita banyak butiran hitamnya daripada putihnya, meminta maaf dan memberi maaf adalah sikap yang dipandang dapat meruntuhkan "kerajaan gengsi dan ego kita". Monggo kita mau pilih yang mana?