Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Dokter

Seorang Dokter Hewan | Pegiat Literasi | Pejabat Eselon III di Pemda

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Nostalgia Masa Kecil: Sebuah Kenangan Ketika Ramadan di Desa

2 April 2023   04:01 Diperbarui: 2 April 2023   05:38 911
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nostalgia Masa Kecil: Sebuah Kenangan Ketika Ramadan di Desa
Ilustrasi Meriam Bambu oleh Anak-anak Generasi tahun 1990an (Sumber: Fimela.com/ Febriyani Frisca)

Teman yang bangun duluan, melihat jam masih menunjukkan pukul 01.00 dini hari, ia pun tidur lagi, demikian saya, saya juga melihat jam masih jam 01.00, saya pun juga tidur lagi. Demikian teman yang lain, setiap ada yang bangun, ia melihat jam masih pukul 01.00, mereka pun kemudian tidur lagi.

Sampai pada akhirnya, ibu saya menyusul ke musala, mencari saya, kenapa sudah hampir imsyak tapi saya belum juga pulang. Rupanya, jam dinding di musola sedang mati, karena baterainya habis. Kami pun segera berlarian kerumah masing-masing. Tunggang langgang takut tidak kebagian waktu untuk makan saat sahur.

Buka Puasa Bersama

Momentum lain yang juga tidak kalah serunya adalah ketika berbuka puasa. Biasanya kami berbuka bersama di musala. Meski begitu, ada momen dimana musala terlihat ramai. Hampir semua Anak-anak desa pasti ikut berbuka bersama. Padahal, sejatinya tidak semua anak ikut berbuka puasa bersama di musala.

Saat itu, jadwal takjil (makanan untuk berbuka puasa) adalah giliran keluarga kami. Kebetulan, kalau pas giliran, ibu saya memang selalu membuat makanan yang lumayan enak. Beliau biasanya juga membawa beberapa makanan ringan yang sengaja dibeli dari ibukota Kabupaten. Rupanya, inilah penyebabnya. Anak-anak pun sangat menyukai dan tahu jadwal takjil itu diberikan. Mereka mencatat jadwal, siapa pemberi takjil di setiap harinya. Maklum, saat itu, makanan dari kota menjadi makanan mewah bagi kami.

Malam Takbiran

Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa, kegiatan yang ditunggu-tunggu adalah malam takbiran. Biasanya, kami mempersiapkan malam takbiran dengan membuat obor. 

Obor kami buat sendiri bersama para orangtua. Obornya terbuat dari bambu dan kami pasang di setiap sudut jalan. Sehingga jalanan pun menjadi terang. Sebuah keadaan yang cukup kontras dibandingkan malam lain selain malam lebaran.

Disamping itu, kami juga melakukan takbiran keliling. Kami juga membawa obor sembari bertakbir keliling dengan berjalan kaki dan membawa beduk masjid yang kami taruh di sepeda.

Allahu akbar.. 

Allahu akbar.. 

Allahu akbar..

Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun