Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Administrasi

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Jika Manisnya Kurma, Maka Itu Anjuran

21 Mei 2019   14:36 Diperbarui: 21 Mei 2019   14:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jika Manisnya Kurma, Maka Itu Anjuran
ilustrasi (sumber:wajibbaca.com)

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" (HR. Ahmad, Abu Dawud dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, shahih)

Dari hadis diatas, jelaslah bahwa tidak ada anjuran untuk berbuka dengan yang manis-manis secara Islam. Meski demikian, kita tidak bisa menampik bahwa kurma memang memiliki rasa yang manis. Akan tetapi manis kurma adalah manis yang alami sehingga baik untuk kesehatan. Di sisi lain, rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga berbuka dengan seteguk air. Kita tahu, air memiliki rasa yang tawar dan menyegarkan sehingga ampuh untuk melepas dahaga setelah seharian berpuasa.

Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa berbuka dengan yang manis adalah dianjurkan. Namun, kita harus tahu terlebih dahulu, yang dimaksud manis disini apa ? jika yang dimaksud manis adalah kurma, maka saya setuju, sebab rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga berbuka dengan kurma.Tapi jika yang dimaksud manis adalah berasal dari gula atau pemanis buatan lainnya, maka saya jelas katakan BIG NO !

Saya sendiri selalu berbuka puasa dengan diawali meneguk air putih. Bukan tanpa tujuan, meneguk segelas air putih sebelum menyantap makanan berbuka lainnya dapat berfungsi sebagai penetralisir kondisi tubuh agar tidak mengalami traumatis setelah seharian tidak mengkonsumsi apapun.

Setelah meneguk air putih, beberapa saat kemudian saya makan makanan yang ringan terlebih dahulu (takjil) seperti kurma, sepotong kue, potongan buah, dll. Kemudian setelahnya saya bergegas menunaikan sholat maghrib. Selepas sholat maghrib, barulah saya mulai menyantap makan berat, seperti nasi, sayur dan lauk pauk.

Berbuka yang dimulai dari segelas air putih tawar, sepotong takjil/kurma, baru makan berat merupakan rangkaian proses yang bertujuan agar tubuh tidak terkejut, setelah puasa tiba-tiba makan apa saja dengan berbagai rasa. Satu hal yang harus diingat, apapun yang kita makan, tetap harus terkontrol jumlah porsi dan gizinya. Hindari berbuka dengan porsi kalap. Semua disantap tanpa peduli dengan resikonya. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik ?

dokpri
dokpri
Makan yang manis ketika berbuka sah-sah saja selama tidak berlebihan. Namun, alangkah baiknya jika awal berbuka tetap dengan segelas air putih. Sekali lagi, jika merujuk pada hadis, rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma atau segelas air putih. Jika ada yang beranggapan berbukalah dengan yang manis, maka anggaplah manis itu berasal dari kurma, bukan gula apalagi pemanis buatan.

Jika yang dimaksud manis adalah kurma, maka sederet manfaat akan kita tuai, selain juga mencontoh kebiasaan rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu :

  • Manis alaminya terbukti dapat mencegah diabetes, jantung, dll
  • Sumber energi yang baik sehingga tubuh tidak mudah lemas
  • Mengenyangkan sehingga cocok untuk diet
  • Kandungan proteinnya sangat dibutuhkan oleh tubuh
  • Indeks glikemiknya rendah sehingga tidak memberatkan pencernaan dan tidak membuat gula darah naik drastis

Harus diingat bahwa esensi dari berbuka adalah membatalkan puasa. Disini artinya, cukup dengan segelas air putih dan kurma sudah mengakomodir makna dari berbuka itu sendiri, karena pada saat puasa, yang kita lawan adalah dehidrasi, sehingga kita cukup membutuhkan makanan/ minuman yang bisa me-rehidrasi bukan berbagai makanan/ minuman berat apalagi dalam porsi besar. Jadi, anggapan buka puasa harus dengan menu makanan yang berat adalah salah.

Ketika seharian berpuasa, wajar jika ketika berbuka keinginan untuk makan apa saja begitu menggebu, apalagi dengan maraknya iklan-iklan makanan/ minuman di berbagai media, tapi kita harus tetap bisa mengontrolnya. Jangan sampai puasa justru membuat pola makan kita menjadi amburadul dan berpengaruh buruk pada kesehatan. Padahal, sejatinya puasa justru menyehatkan baik secara lahir maupun batin bukan malah sebaliknya. Percayalah, Allah sudah menakar segala sesuatunya dengan sempurna.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun