Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.
Ayo Bangkit, Lawan Corona Bersama-sama dengan Tetap di Rumah Saja, Walau Lebaran Akan Tiba
Meskipun kolonial banyak meninggalkan hal-hal yang baik seperti kerapian sistem administrasi, teknik arsitektur bangunan kuno, pengenalan bahasa asing, tetapi tetap saja dijajah itu pasti tidak enak rasanya. Ada rasa tertekan, kerugian dan penderitaan di sana.
Nggak salah kalau bangsa kita zaman dahulu melawan penjajah. Bangsa kita bersatu untuk merebut kemerdekaan. Dari sanalah muncul hari Kebangkitan nasional yang diperingati sebagai titik di mana bangsa kita bersatu melawan penjajah.
Kita tak boleh lupa berterima kasih pada 5 tokoh nasional yang telah mempelopori kebangkitan bangsa kita. Tanpa pemimpin seperti mereka, nggak mungkin bangsa kita yang terdiri dari beragam suku dan bangsa bersatu dan mencapai kemerdekaan. Tentu saja dukungan seluruh masyarakat Indonesia waktu itu, berperan penting dalam mewujudkannya.
Anak-anak bangsa begitu membanggakan untuk membela tanah air. Sebut saja presiden Soekarno, yang selalu berapi-api mengobarkan semangat melawan penjajah lewat orasinya yang luar biasa itu. Zaman itu semua orang terdiam untuk mendengarkannya bak terhipnotis saja. Zaman sekarang, susah untuk menemukan sosok seperti beliau.
Begitu pula Dr. Sutomo yang mendirikan organisasi Budi Utomo dan tiga serangkai; Ki Hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusuma dan Douwes Dekker, yang membangun Indische Partij sebagai partai politik pertama di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Mereka juga sealiran dengan tiga serangkai (Soekarno, Muhammad Hatta dan Soetan Sjahrir), yang pada puncaknya berhasil memproklamasikan kemerdekaan yang telah lama diperjuangkan sampai titik darah penghabisan.
Sama halnya dengan situasi di Indonesia saat ini. Dulu yang dilawan penjajah, sekarang virus. Bangsa kita sedang menghadapi bahaya pandemi yang membutuhkan peran seluruh pihak tanpa terkecuali.
Sudah ada pemerintah pusat dan daerah, para tokoh dan tenaga medis yang menjadi pelopor untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh virus covid19 ini. Ketentuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (permenkes no 9 tahun 2020), sudah. Aturan wajib masker, sudah. Anjuran jaga jarak dan jaga dari keramaian sudah. Pemberian bantuan sosial, sudah. Kurang apa?
Sayangnya, hal itu akan sia-sia memberantas penyebaran virus corona jika tidak didukung seluruh rakyat. Masih banyak masyarakat yang bandel dan melawan. Keprihatinan akan kebandelan masyarakat tercermin dari protes para tenaga medis yang mencurahkan isi hatinya lewat medsos. Mereka itu nggak ngerti cara pikir masyarakat kita yang nggak peduli dengan PSBB.
Padahal sudah banyak korban dari tenaga medis yang berjuang di garda depan mengurusi para pasien corona dan belum juga berhenti. Ini malah ditambahi dengan ketidakpedulian masyarakat.
Hastag #terserah, #sukasuka dan #sakkarepmu ada di mana-mana. Walaupun begitu mereka tetap nggak putus dengan tulus hati melayani pasien. Berterimakasihlah kepada mereka dengan cara jadi warga yang mengindahkan aturan.
Bisa dimengerti mengapa mereka melakukan demo itu karena sudah kehabisan kata-kata untuk mengajak masyarakat tetap di rumah saja. Tenaga medis setiap hari harus tetap bekerja. Menggunakan APD atau alat pelindung diri itu nggak nyaman, panas, gerah, nggak enak, nggak asyik.
Jika semakin bertambah pasien, pekerjaan mereka semakin banyak. Kalau boleh pilih, mereka mau di rumah saja dan masyarakat yang menggantikan tugasnya di luar rumah. Mau tuker tempat?
Serahkan saja pada ahlinya. Stay at home! Untuk itulah, mari kita dukung ajakan pemerintah dan tenaga medis demi melawan corona bersama-sama. Caranya gampang, tetap di rumah saja.
Memang sebentar lagi lebaran. Saya sadar banyak orang jenuh dan gerah di rumah terus. Saya paham kalau banyak orang nggak sabar. Saya tahu apa saja yang biasa dilakukan orang Indonesia menjelang lebaran. Mulai dari pulang kampung, nyadran, belanja baju baru, hadiah atau kebutuhan lain untuk hari raya adalah sebuah tradisi yang sudah turun-temurun ada dan dilestarikan.
Hanya saja sekarang momennya kurang tepat karena virus ada di mana-mana. Virus yang nggak keliatan bisa hinggap di tubuh manusia dan menyebabkan sakit.
Demi mendukung perjuangan yang sudah ada, sepertihalnya zaman perjuangan RI, seharusnya seluruh lapisan masyarakat membantu. Caranya hanya dengan nggak ke mana-mana alias di rumah saja. Mari kita rayakan hari Raya Idul Fitri bersama keluarga.
Gunakan media sosial dan gawai untuk berkomunikasi dan berhubungan langsung dalam merayakannya. Saya kira, banyak orang yang akan memaklumi bahwa kita nggak bisa datang langsung, kita nggak bisa kirim hantaran apa-apa, kita nggak bisa berpelukan-bersungkeman dan berciuman, kita nggak bisa ramai-ramai ke makam dan hal-hal lain yang biasa kita lakukan tapi mustahil untuk dilakukan.
Semua demi satu tujuan, memberantas penyebaran virus covid19. Saya nggak bisa bayangkan kalau masyarakat nggak mendukung dan muncul hari cuek nasional. Hedeh.
Apakah Kompasianer juga setuju untuk tetap tinggal di rumah demi keselamatan bersama? Saya sangat setuju sekali. Selamat bersiap-siap menyambut lebaran bagi yang merayakan. Yup, di rumah saja. Janji. (G76)