Di dunia industri yang seringkali dipenuhi oleh iklan yang bertebaran dimana-mana, sebuah brand akan terus-menerus berupaya untuk mendapatkan perhatian kita.
Beberapa brand langsung mengetengahkan hard selling dimana mereka akan langsung menunjukkan bahwa mereka menjual produk serta menawarkan pada kita.
Kadang apa yang mereka tunjukkan serta cara mereka berpromosi dapat terasa "bising, "kasar", atau bahkan "memaksa" dalam perspektif kita dimana kita langsung disodori sebuah produk dan sales-nya langsung meminta kita membeli produk tersebut.
Dari perspektif seorang pebisnis, seringkali cara semacam ini dianggap sah-sah saja  selama produk terjual, namun dari sisi konsumen, cara semacam ini kadang membuat tidak nyaman.
Sebenarnya, adakah cara untuk mengatasi "kebisingan" semacam ini dan tetap menjalin hubungan yang lebih dalam dengan audiens kita?
Dalam hal ini, kita dari sisi bisnis sebenarnya dapat belajar mengenai Brand Story (penceritaan brand), alat pemasaran canggih yang memanfaatkan keajaiban dari narasi untuk mempromosikan brand kita.
Mengapa penceritaan atau narasi dapat digunakan sebagai alat berpromosi?
Pada dasarnya, manusia sendiri seakan telah terprogram untuk bercerita satu sama lain. Adanya cerita-cerita tentunya akan membawa kita untuk membangkitkan emosi, dan membuat suatu informasi lebih relevan.
Bagaimana kita berkisah tentang cerita dari brand tentunya dalam hal ini memanfaatkan keinginan bawaan manusia ini dengan merangkai narasi seputar nilai inti, misi, dan tujuan dari brand kita.