Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.
Ramadan dan Kesehatan Mental: Puasa Sebagai Terapi Jiwa
Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, di mana umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa dari fajar hingga matahari terbenam. Selain sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah, puasa juga membawa manfaat yang luar biasa, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental. Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian telah banyak mengungkap bagaimana praktik puasa selama Ramadan dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang.
Artikel ini akan membahas hubungan antara Ramadan dan kesehatan mental, dengan meninjau penelitian yang telah dilakukan serta menjelaskan bagaimana puasa dapat memberikan dampak positif terhadap kondisi psikologis seseorang.
Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam
Kesehatan mental merujuk pada kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang yang memungkinkannya berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam perspektif Islam, kesehatan mental tidak hanya berkaitan dengan ketiadaan gangguan psikologis, tetapi juga mencakup keseimbangan antara jiwa dan spiritualitas seseorang. Islam mengajarkan bahwa ketenangan jiwa dapat diperoleh melalui ibadah, zikir, doa, dan kedekatan kepada Allah (Ariadi, 2019).
Konsep kesehatan mental dalam Islam juga mencakup kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya serta menjaga keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan ukhrawi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur'an, "Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (QS. Ar-Ra'd: 28).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan bahwa kegundahan dan kegelisahannya (hati mereka) lenyap dan berganti dengan kebahagiaan hati dan kenikmatan-kenikmatannya.
Dalam hal ini, puasa bukan sekadar ibadah, tetapi juga berperan dalam meningkatkan stabilitas emosi dan psikologis seseorang.
Studi tentang Puasa dan Kesehatan Mental
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa puasa memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Halid (2023) menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan karena menurunkan kadar kortisol dalam tubuh.
Studi lain yang dilakukan oleh Al Hafiz, Zakiyan, dan Pratama (2023) menemukan bahwa puasa memberikan kesempatan bagi tubuh untuk beristirahat dari metabolisme yang berlebihan serta meningkatkan produksi hormon endorfin yang memberikan efek bahagia.
Penelitian yang dilakukan oleh Cahyono & Fathan (2023) juga menegaskan bahwa puasa dapat membantu meningkatkan kualitas tidur, mengurangi depresi, serta memperbaiki fungsi kognitif.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025