S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi
Membangun Kesalehan Sosial Bermedia dengan Diksi "Aku Sedang Berpuasa"
Bermedia sosial, kekuatannya sangat dahsyat, melebihi ketajaman pisau dan peluru menuju titik sasar, didukung dengan media yang sangat mudah, tanpa adanya filter berjenjang dan berkriteria khusus, hanya personalnya yang tahu diri, tahu tujuan dan tahu akan adanya udang dibalik batu.
Alvin Toffler menyatakatan bahwa siapa yang menguasai informasi, maka layaklah ia menguasai dunia, hal ini telah terbukti bahwa arus lalu lintas informasi, bukan semata menuju sebuah titik kebenaran, yang paling deraslah mereka akan mencipta banjir informasi, menembus pori-pori kehidupan, dan membuat masuk angin sosial.
Salah satu pelajaran penting dalam berpuasa adalah pembiasaan pengucapan diksi "aku sedang berpuasa", bila dalam keadaan silang pendapat, adanya indikasi perdebatan sengit, bahkan secara ringan mengajak "mengkritisi" perilaku orang lain, adu domba dan bersiasat kejahatan. Bila statemen tersebut ditarik dalam etika bermedia sosial, maka perilaku orang-orang berpuasa harus memegang prinsip trust, agar sikap seorang yang berpuasa dalam bermedia tidak terombang ambingkan oleh informasi yang tidak diketahui nasab dan muaranya.
Prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah, termasuk dalam kehidupan bermedia sosial, agar manusia menjadi pribadi-pribadi unggul tangguh di setiap medan cobaan dan eksis di setiap persaingan, maka diperlukan empat hal yaitu ; kejujuran, bertanggung jawab, penyampaian tepat sasaran dan memiliki kecerdasan.
Pertama, kejujuran atau trust, dengan istilah khas Rasulullah adalah Siddiq, jujur dalam mensikapi sesuatu, tanpa melibatkan unsur subyektifitas yang mengurangi atau melebihkan makna. Sifat ini dalam bermedia sosial menjadi penting dalam merespon informasi yang ada, tidak gegabah membenarkan informasi yang ada, Bermedia sosial dengan prinsip siddiq ini adalah pantang membenarkan pernyataan seseorang, meski ia memiliki kekuasaan dan pengaruh, kalau apa yang disebar adalah ketidak warasan fakta.
Kedua, Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, yakni amanah. Bermedia sosial harus mampu memilih dan memilah atas informasi yang akan disebar berdasarkan bobot dan kadar informasinya, di sini dibutuhkan kejelian untuk konsisten menunaikan tanggung jawab berdasar peran yang dimiliki, menyampaian amanat kepada ahlinya, memberi informasi tepat sasaran, obyek dan waktunya.
Ketiga adalah tabligh, menjadi public speaker handal, meramu narasi dan kontens secara menarik, definisi menarik bisa padat karena kebutuhan dan bisa panjang lebar juga karena kebutuhan, kelihaian inilah yang harus dilatih bagi mereka yang berpuasa memiliki filter agar apa yang diterima betul-betul yang dibutuhkan untuk menguatkan dan yang dikeluarkan menjadi mutiara.
Keempat, memiliki kecerdasan, lebih mengarah kepada sikap bijaksana dalam bermedia, tidak terlalu aktif dan meninggalkan dari hiruk pikuk bermedia, berperan serta bermedia sosial menjadi penting agar tidak tertinggal oleh arus informasi, sikap bijak dibutuhkan agar tidak larut dalam aliran informasi yang menyesatkan
Membangun kesalehan sosial bermedia dengan diksi aku sedang berpuasa
Oleh : Hamim Thohari Majdi
Lumajang, 30 Maret 2024
Hamim Thohari Majdi @Surplus