Herini Ridianah
Herini Ridianah Guru

pemerhati sosial dan pendidikan, guru les MIPA

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Seolah Biasa, Harga Pangan Naik di Awal Puasa

13 Maret 2024   08:38 Diperbarui: 13 Maret 2024   08:44 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seolah tradisi dan biasa, sejumlah harga komoditas pangan kompak naik pada awal puasa. Berdasarkan Data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada Selasa (12/3), harga beras, bawang, hingga daging ayam kompak melambung tinggi. Harga beras premium naik 0,42% menjadi Rp 16.550/kg, beras medium naik 0,28% menjadi Rp 14.380/kg, bawang merah naik 0,90% menjadi Rp 34.710/kg dan bawang putih bonggol naik 1,77% menjadi Rp 40.890/kg. Kemudian, harga cabai merah keriting juga naik 0,87% menjadi Rp 65.170/kg, cabai rawit merah naik 2,58% menjadi Rp 63.500/kg, daging ayam ras naik 0,03% menjadi Rp 38.990 dan telur ayam ras naik 0,50% menjadi Rp 31.910/kg. Berikutnya, harga gula konsumsi juga naik 0,73% menjadi Rp 17.960/kg, minyak goreng kemasan sederhana naik 1,18% menjadi Rp 17.950/liter, tepung terigu curah naik 2,17% menjadi Rp 10.840/kg, dan garam naik 0,60% menjadi Rp 11.670/kg. (https://nasional.kontan.co.id/news).

Deputi Bidang Statistik Produksi (BPS), M. Habibullah mengatakan, kenaikan harga itu disebabkan permintaan yang meningkat pada bulan Ramadan. Memang supply dan demand akan mempengaruhi harga barang. Hanya saja, penerapan sistem ekonomi kapitalisme mengakibatkan kesalahpahaman terkait konsep beribadah dan beramal saleh selama bulan Ramadan yang berimbas pada naiknya permintaan, yaitu masyarakat melakukan akses konsumsi akibat dari pola konsumtif. Pola konsumtif tentu akan meningkatkan jumlah permintaan. Ketika barang yang tersedia lebih sedikit dari permintaan, harga akan naik.

Kondisi ini diperparah dengan aksi penimbunan bahan pangan oleh pihak tertentu. Akibatnya, harga barang semakin tinggi. Kondisi ini jelas memberatkan masyarakat dan menggangu kekhusuan ibadah di bulan mulia ini. Dengan harga barang naik , masyarakat tentu akan tersibukkan dengan mencari uang agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pangannya. Sementara bagi yang memiliki uang, mereka akan sibuk dengan sikap konsumtifnya. Mirisnya, tren masyarakat yang terjerat pinjol meningakat saat Ramadhan, refleksi hidup rakyat makin berat di sistem kapitalisme saat ini.  

Bulan Ramadhan Seharusnya Khusyu Beribadah

Allah memang memilih bulan Ramadan memiliki keutamaan dan kekhususan dibandingkan bulan-bulan lainnya. Dari petikan khutbah Rasulullah, ketika akan memasuki bulan Ramadan, Rasulullah Saw bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan.  Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam pada malam harinya suatu tathawwu'. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain. 

Ramadan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadan itu adalah bulan memberi pertolongan  (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin di dalamnya. "Barang siapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka." 

Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang. Sahabat berkata : "Ya Rasulullah, semua dari kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa." Maka bersabdalah Rasulullah saw : "Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma atau seteguk air atau seteguk susu."

"Barang siapa meringankan beban dari budak sahaya (ataupun asisten rumah tangga), niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka. Oleh karena itu, perbanyaklah empat perkara pada bulan Ramadan; dua perkara untuk mendatangkan keridaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama adalah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka."

"Barang siapa memberi minum  kepada orang yang berbuka niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamKu dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya sehingga dia masuk ke dalam surga." (HR Ibnu Huzaimah)

            Dari hadis ini, sangat tergambar bagaimana Islam mendorong kaum muslimin menjalani hari-harinya di bulan Ramadan dengan memperbanyak amal shalih dan beribadah. Namun syariat ini tentu akan berat jika yang menaati hanya di level individu. Untuk itu, Islam memerintahkan negara hadir sebagai pelayan atau rain agar rakyatnya bisa fokus melakukan amal shalih dan ibadah di bulan Ramadan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun