Diet Sampah saat Ramadan: Menjalani Puasa dengan Lebih Ramah Lingkungan
Bulan Ramadan adalah momen istimewa bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah dan refleksi diri. Namun, di balik kemeriahan berbuka puasa, sering kali terjadi peningkatan jumlah sampah, terutama dari sisa makanan dan kemasan sekali pakai. Untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, konsep diet sampah atau pengurangan produksi sampah bisa diterapkan selama Ramadan.
Mengapa Diet Sampah Penting?
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah sampah rumah tangga meningkat signifikan selama Ramadan, terutama sampah makanan dan plastik. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah ini bisa mencemari lingkungan dan memperburuk masalah limbah di Indonesia. Dengan menerapkan diet sampah, kita bisa:
Mengurangi limbah makanan. Menghindari mubazir dan membantu mengalokasikan makanan dengan lebih bijak.
Mengurangi penggunaan plastik. Menggunakan wadah atau kantong yang dapat digunakan kembali.
Menjaga lingkungan tetap bersih. Meminimalkan sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
Meningkatkan kesadaran akan gaya hidup berkelanjutan. Ramadan bisa menjadi momentum untuk memulai kebiasaan baik dalam menjaga lingkungan.
Cara Menerapkan Diet Sampah saat Ramadan
1. Perencanaan Menu dan Porsi Makanan
Banyak makanan terbuang karena ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang disiapkan dan yang dikonsumsi. Untuk menghindari ini:
Buat daftar menu berbuka dan sahur yang sesuai kebutuhan keluarga.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025