Iqbal Alfajri
Iqbal Alfajri Desainer

Saya adalah seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Renungan 18 Ramadan: Menjaga Lisan

29 Maret 2024   10:21 Diperbarui: 29 Maret 2024   10:24 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Renungan 18 Ramadan: Menjaga Lisan
Ibadah puasa mendidik kita menjaga lisan (Dok. pexels - cottonbro studio)

Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari ibadah puasa Ramadan. Melalui ibadah puasa kita dididik untuk bisa menjaga lisan. Salah satu perkara yang bisa mengurangi pahala puasa adalah lisan yang tak terkontrol.

Lisan adalah salah satu nikmat Allah Swt yang terbesar yang dianugerahkan untuk hamba-Nya. Bentuknya memang mungil, tapi perannya begitu besar. Melalui lisan, manusia dapat berkomunikasi dan menunjukkan intelektualitasnya. Kepribadian seseorang juga tercermin dari lisannya.

Lisan memang cermin dari semua anggota tubuh. Jika lisannya lurus maka seluruh anggota tubuhnya juga ikut lurus. Begitu pula sebaliknya, jika lisannya bengkok maka seluruh anggota tubuhnya pun ikut bengkok.

Berapa banyak orang yang terkubur secara hakiki maupun secara maknawi akibat dari lisan yang tidak terjaga. Hal itu disebabkan lisan yang mempunyai kecenderungan untuk mengembara tanpa tujuan. Maka, bagi siapa saja yang membiarkan lisannya tanpa kendali maka setan akan menggiringnya ke arah kebinasaan.

Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) kejahatan lisan yang berada di antara dua tulang rahangnya, dan kejahatan kemaluan yang berada di antara kedua kakinya, niscaya aku akan memberikan jaminan surga kepadanya." (HR. Bukhari).

Seorang mukmin yang hatinya selalu terpatri kepada Rabbnya akan selalu menjaga lisannya karena sadar bahwa setiap kata yang terucap akan diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Dia akan berpikir sebelum berbicara dan lebih banyak memilih diam atau mendengarkan.

Untuk itu perlu dipahami rambu-rambu yang berkaitan dengan menjaga lisan. Hendaknya seorang mukmin tidak berlebihan dalam berkata-kata, menghindari kata-kata yang tak berguna, dan menjauhi kata-kata kotor. Selain itu seorang mukmin juga dilarang untuk berkeluh-kesah saat ditimpa musibah. Yang terakhir, seorang mukmin harus meninggalkan dusta, gunjing, adu domba, dan sumpah palsu.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun