Renungan 18 Ramadan: Menjaga Lisan
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari ibadah puasa Ramadan. Melalui ibadah puasa kita dididik untuk bisa menjaga lisan. Salah satu perkara yang bisa mengurangi pahala puasa adalah lisan yang tak terkontrol.
Lisan adalah salah satu nikmat Allah Swt yang terbesar yang dianugerahkan untuk hamba-Nya. Bentuknya memang mungil, tapi perannya begitu besar. Melalui lisan, manusia dapat berkomunikasi dan menunjukkan intelektualitasnya. Kepribadian seseorang juga tercermin dari lisannya.
Lisan memang cermin dari semua anggota tubuh. Jika lisannya lurus maka seluruh anggota tubuhnya juga ikut lurus. Begitu pula sebaliknya, jika lisannya bengkok maka seluruh anggota tubuhnya pun ikut bengkok.
Berapa banyak orang yang terkubur secara hakiki maupun secara maknawi akibat dari lisan yang tidak terjaga. Hal itu disebabkan lisan yang mempunyai kecenderungan untuk mengembara tanpa tujuan. Maka, bagi siapa saja yang membiarkan lisannya tanpa kendali maka setan akan menggiringnya ke arah kebinasaan.
Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) kejahatan lisan yang berada di antara dua tulang rahangnya, dan kejahatan kemaluan yang berada di antara kedua kakinya, niscaya aku akan memberikan jaminan surga kepadanya." (HR. Bukhari).
Seorang mukmin yang hatinya selalu terpatri kepada Rabbnya akan selalu menjaga lisannya karena sadar bahwa setiap kata yang terucap akan diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Dia akan berpikir sebelum berbicara dan lebih banyak memilih diam atau mendengarkan.
Untuk itu perlu dipahami rambu-rambu yang berkaitan dengan menjaga lisan. Hendaknya seorang mukmin tidak berlebihan dalam berkata-kata, menghindari kata-kata yang tak berguna, dan menjauhi kata-kata kotor. Selain itu seorang mukmin juga dilarang untuk berkeluh-kesah saat ditimpa musibah. Yang terakhir, seorang mukmin harus meninggalkan dusta, gunjing, adu domba, dan sumpah palsu.