Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom
Mengapa Badai Tropis Diberi Nama Wanita dan Pria?
Dua hari belakangan ini, peristiwa bencana Badai Irma yang menyerang Kepulauan Karibia, Puerto Rico dan kini dikabarkan akan melewati Florida, cukup ramai disiarkan. Di tahun 2017 ini sebelumnya sudah ada beberapa badai yang cukup menyita perhatian karena kerusakan yang ditimbulkannya, seperti Badai Cindy dan Badai Harvey.
Tahun 2012 lalu, ada Badai Sandy. Tahun 2011, ada Badai Emily dan Badai Katia. Hingga yang paling fenomenal adalah Badai Katrina yang menerjang New Orleans dan sekitarnya pada bulan Agustus 2005 dengan nilai kerugian akibat kerusakan hingga miliaran USD dan korban mencapai lebih dari 1,200 jiwa.
Berbanding terbalik dengan kerusakan yang ditimbulkannya, kalau diperhatikan badai-badai ini memiliki nama yang menarik, yang biasanya menggunakan nama wanita dan pria yang keren-keren. Mungkin Anda juga menyadarinya? Saya sempat berpikir kenapa badai yang menemibulkan banyak kerugian dan korban ini dinamakan seperti itu?
Jujur saja, setelah pemberitaan tentang Badai Irma (saya baru tahu ada nama badai yang sama dengan nama saya, hihihi), saya jadi makin penasaran dengan dasar pemberian nama badai-badai ini. Dan setelah baca sumber sana-sini, akhirnya saya bisa menyimpulkan hal-hal berikut (semoga saya tidak salah sehingga BMKG tidak perlu menegur saya).
Sistem penamaan badai ini awalnya menggunakan angka koordinat garis lintang dan garis bujur, supaya para meteorologis lebih mudah mengenali dan melacaknya. Namun ternyata sistem penamaan ini agak menyulitkan masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir untuk mengetahuinya.
Tahun 1950an, penamaan badai mulai diubah berdasarkan musimnya dengan identitas berupa nama-nama sesuai urutan alfabetis. Misalnya Badai Able, Baker, Charlie dan seterusnya. Akan tetapi tahun 1953, sistem penamaan kembali berubah dengan menggunakan nama-nama wanita seperti kebanyakan nama kapal laut yang diberi nama-nama wanita. Dan akhirnya, tahun 1979 sistem penamaan badai ini mulai menggunakan nama pria dan wanita.
Sebagai contoh, daftar nama musim badai di tahun 2005 akan digunakan kembali ditahun 2011, tahun 2011 akan digunakan lagi di tahun 2017, dan tahun 2017 akan kembali digunakan tahun 2023.
Nama-nama ini ditentukan oleh Komite Internasional Organisasi Meteorologi Dunia (International Committee of United Nation World Meteorological Organization) melalui tahapan prosedur yang ketat. Sementara untuk bagian Timur laut dan Utara Pasifik, ada sistem penamaan tersendiri.
Perubahan nama pada daftar bisa saja terjadi jika ada badai yang terjadi sangat dahsyat dan mematikan, yang menyebabkan kerusakan sangat besar pada tahun itu. Selanjutnya nama badai tersebut tidak akan kembali digunakan di periode berikutnya karena alasan sensitivitas, sekaligus sebagai peringatan akan bencana besar yang terjadi pada tahun tersebut.
Selain itu, Badai Irma yang terjadi saat ini juga merupakan pengganti Badai Irene yang terjadi tahun 2011 dengan ketegori 3. Untuk ketegori kekuatan dan kecepatan angin badai sesuai skala Saffir-Simpson, dapat dilihat pada link berikut ini.
Terlepas dari nama-nama keren badai tropis tersebut, bencana tetaplah bencana. Saat ini meski zaman sudah canggih, belum ada teknologi satu pun yang dapat menahan kekuatan alam seratus persen. Yang bisa kita lakukan adalah tetap memelihara dan melestarikan lingkungan, serta terus mengembangkan sistem peringatan dini di daerah bencana untuk meminimalisir kerusakan dan mengurangi korban luka maupun korban jiwa.
Dan sebagai masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, tentunya harus lebih peka dalam mengikuti instruksi evakuasi dari badan yang berwenang.
"We can not stop natural disasters, but we can arm ourselves with knowledge, so many lives wouldn't have to be lost if there was enough disaster preparedness." -- Petra Nemcova.
Referensi: