Abdullah Bukan AbdulMaal
Mendengar begitu, Kaum Quraisy merasa terancam karena umat Muhammad makin banyak. Mereka takut tidak bisa menikmati posisi mereka sekarang dengan tenang. Mereka pun berinisiatif untuk memalingkan langkah A'sya.
"Tidak tahukah Kamu, ajaran Muhammad mengharamkan Khamar?" Tanya mereka.
"Ya Saya sudah tahu. Tapi, itu tidak masalah bagi Saya. Malah saya memang tidak menyukai khamar. Bagi saya, khamar bisa menghilangkan akal dan merendahkan martabat," jawab A'sya dengan mantap.
Orang Kafir Qurasiy kemudian berkata lagi "Apakah Kamu tahu, ajaran Muhammad juga mengharamkan zina?
"itu juga tidak menjadi masalah bagi saya. Seperti yang kalian lihat, saya sudah tua. Saya tidak begitu ingin melakukannya lagi." Jawaban A'sya masih mantap.
Namun, kaum kafir Quraisy tidak patah semangat. Mereka pun mencoba untuk merayu A'sya kembali.
"Wahai A'sya, begini saja. Bagaimana kalau kami memberimu harta benda yang kami punya? Niscaya kamu akan menjadi orang paling kaya di daerahmu. Syaratnya cuma satu, engkau tinggalkan tekadmu untuk pergi ke Makkah menjadi pengikut Muhammad, lalu engkau pulang ke daerahmu sekarang juga."
Sayangnya, tawaran mereka ini ternyata berhasil menggiurkan A'sya bin Qais. Ia berpikir, selama ini ia telah berusaha keras mengumpulkan harta, tapi kepunyannya tidak juga berlimpah.
Dengan sigap, A'sya menerima tawaran dari Kaum Quraisy dan berjalan pulang. Di belakangnya beriiringan unta-unta beserta muatan penuh, membawa berbagai mecam benda yang membuatnya menjadi orang terkaya di daerahnya.
Begitu memasuki daerahnya, A'sya bin Qais tersenyum semringah karena bangga. Akhirnya ia memiliki harta banyak dan menjadi orang terkaya di daerahnya.
Namun, malang, kebanggannya tidak bertahan lama. Begitu hendak turun dari untanya, A'sya bin Qais terpeleset dan terjerembap ke tanah. Tidak lama, ia pun meninggal dunia.