Abdullah Bukan AbdulMaal
Kisah Tebar Hikmah Ramadhan Part I.
Sepulang dari ngaji pasaran Ramadhan, gak tahu kenapa, hati saya mengajak untuk membuka lemari buku yang sudah lama tidak dibuka.
Karena boring dan tidak tahu mau ngelakuin apa? Saya memutuskan untuk membuka kembali buku-buku yang tersimpan di rak lemari.
ketika dibuka, banyak sekali debu-debu yang menempel di buku saya. Saya pun kemudian membersihkan debu yang menempel dibuku-buku tersebut.
ketika sedang asyik membersihkan buku, Saya tak sengaja melihat buku bertajuk "Muda Kaya Raya" Karya Rois Almaududy.
Saking penasaran dengan isinya, Saya pun beristirahat sejenak sambil membaca buku Karya Rois Almaududy.
Ketika membacanya, saya menemukan kisah yang sangat menarik tentang A'sya bin Qais. Jadi begini ceritanya...
Dikisahkan, Seorang Petinggi bernama A'sya bin Qais mendapatkan kabar tentang Rasulullah yang diutus menjadi nabi dan rosul. Ia mendengar bahwa ajaran yang dibawa oleh Rasulullah sangat mulia. Selain menganjurkan silaturahim, mengajak keadilan, menghindari kemaksiatan, menghapuskan perbudakan, dan yang paling penting adalah menyeru agar tidak lagi menyembah berhala.
Karena tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw, A'sya pun pergi ke Makkah dan berniat ingin bertemu dengan Nabi dan memeluk agama Islam. Di dalam hatinya, Ia meyakini, sebagai seorang petinggi di kaumnya. Jika kelak ia masuk agama Islam, maka kaumnya juga akan mengikuti langkahnya dan memeluk agama Islam.
Namun, belum sampai di Kota Makkah, A'sya bertemu dengan orang-orang kafir Quraisy yang sedang dalam perjalanan dagang. Orang-orang Quraisy itu bertanya kepada A'sya apa tujuannya datang ke Kota Makkah?
A'sya pun menjawab dan menjelaskan bahwa ia datang ke Makkah utuk bertemu dengan Rasulullah saw dan tertarik dengan ajaran agama yang dibawanya.
Mendengar begitu, Kaum Quraisy merasa terancam karena umat Muhammad makin banyak. Mereka takut tidak bisa menikmati posisi mereka sekarang dengan tenang. Mereka pun berinisiatif untuk memalingkan langkah A'sya.
"Tidak tahukah Kamu, ajaran Muhammad mengharamkan Khamar?" Tanya mereka.
"Ya Saya sudah tahu. Tapi, itu tidak masalah bagi Saya. Malah saya memang tidak menyukai khamar. Bagi saya, khamar bisa menghilangkan akal dan merendahkan martabat," jawab A'sya dengan mantap.
Orang Kafir Qurasiy kemudian berkata lagi "Apakah Kamu tahu, ajaran Muhammad juga mengharamkan zina?
"itu juga tidak menjadi masalah bagi saya. Seperti yang kalian lihat, saya sudah tua. Saya tidak begitu ingin melakukannya lagi." Jawaban A'sya masih mantap.
Namun, kaum kafir Quraisy tidak patah semangat. Mereka pun mencoba untuk merayu A'sya kembali.
"Wahai A'sya, begini saja. Bagaimana kalau kami memberimu harta benda yang kami punya? Niscaya kamu akan menjadi orang paling kaya di daerahmu. Syaratnya cuma satu, engkau tinggalkan tekadmu untuk pergi ke Makkah menjadi pengikut Muhammad, lalu engkau pulang ke daerahmu sekarang juga."
Sayangnya, tawaran mereka ini ternyata berhasil menggiurkan A'sya bin Qais. Ia berpikir, selama ini ia telah berusaha keras mengumpulkan harta, tapi kepunyannya tidak juga berlimpah.
Dengan sigap, A'sya menerima tawaran dari Kaum Quraisy dan berjalan pulang. Di belakangnya beriiringan unta-unta beserta muatan penuh, membawa berbagai mecam benda yang membuatnya menjadi orang terkaya di daerahnya.
Begitu memasuki daerahnya, A'sya bin Qais tersenyum semringah karena bangga. Akhirnya ia memiliki harta banyak dan menjadi orang terkaya di daerahnya.
Namun, malang, kebanggannya tidak bertahan lama. Begitu hendak turun dari untanya, A'sya bin Qais terpeleset dan terjerembap ke tanah. Tidak lama, ia pun meninggal dunia.
Harta banyak yang ia dapatkan dari hasil pemberian kaum Quraisy, belum sempat ia nikmati. Sementara niatnya untuk menjadi seorang muslim sudah pupus. Ia mendapat kesempatan, tapi lebih memilih harta kekayaan duniawi.
Naudzubillah..
Sahabat Kompasiners. Orang-orang yang seperti A'sya bin Qais yang bisa dibeli tekadnya dengan harta benda, walaupun harus meninggalkan kebenaran disebut dengan AbdulMaal alias Hamba harta benda. Mereka bukan Abdullah, bukan hamba Allah. Apalah arti kekayaan yang banyak, toh semuanya belum tentu bisa dinikmati.
Di zaman sekarang seringkali kita menemukan orang seperti A'sya bin Qais. Mereka rela dibeli tekadnya hanya demi kekeyaan harta semata.
Astagfirullah..
Astagfirullah..
Astagfirullah..
Semoga kita terhindar dari godaan Syaitan yang terkutuk.