Apakah Makna Seimbang dalam Ibadah, Bekerja, dan Kehidupan Sehari-hari?
Sebelum beranjak ke dalam makna seimbang, kita gali terlebih dulu makna ibadah.
Makna Ibadah
Ibadah berasal dari kata bahasa Arab . Dalam KBBI ibadah/iba*dah/ n perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; ibadat;
Maknanya bersinggungan dengan bertakwa. Bulan Ramadan adalah contoh konkrit, kegiatan ibadah sedang dalam keadaan puncak bagi umat muslim.
Dalam satu hari ada 24 jam, hidup itu sebenarnya ibadah, dalam bekerja dan keseharian itu ada muatan ibadah. Tidak bisa dipisahkan. Bila dipisahkan akan muncul masalah sosial. Pernah membaca apa yang terjadi tentang ketidakjujuran dalam media massa? Apa hasilnya bila berkehidupan atau bekerja tidak jujur?
Tidak bisa bekerja 8 jam Ibadah 8 jam dan kehidupan sehari-hari 8 jam. Bila ibadah dimasukkan dalam bekerja maka hasil dari bekerja itu adalah kejujuran, optimal dalam hasil, kerja sama dengan rekan kerja menjadi muamallah yang indah. Kolaborasi beda generasi dan latar belakang kemampuan, ketrampilan, pengetahuan karyawan lain.
Ibadah dalam ibadah adalah berarti sepenuhnya hadir dalam ibadah. Misalnya sholat. Pasti berbeda bila dikerjakan masih mengingat pekerjaan dan cucian baju atau hubungan dengan manusia lain. Jika kita tidak hadir dalam sholat, padahal sholat adalah makanan jiwa. Apa yang terjadi? Setelah sholat bisa saja umat muslim mengerjakan lagi maksiat. Sholat tidak membawa kesholehan dalam dirinya.Tetapi meski belum bisa khusu' teruslah sholat. In sya Allah suatu saat nanti akan menggapai derajat tersebut.
Contoh lain puasa. Ibadah ini istimewa hanya Allah dan dirinya yang tahu. Nah bila seseorang berkata dirinya puasa tetapi tidak. Bagaimana rasanya? Pasti membohongi diri sendiri tidak nyaman. Terasa terus dikejar dosa. Bagaimana mendapat ketenangan hidup bila demikian? Relate dalam kehidupan sehari-hari dan muaranya dalam bernegara.
Ibadah dalam live, kehidupan sehari-hari. Kita tidak bisa memisahkan ibadah dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya cara kita berkomunikasi dengan anak, pasangan dan tetangga.
Coba kita tinggalkan makna ibadah dalam komunikasi tersebut, maka yang terjadi kita akan bertutur kata sembarangan. Terlebih saat marah maka yang keluar adalah verbal yang menyakitkan.
Jadi tak bisa dipisahkan ibadah dalam bekerja dan kehidupan sehari-hari. Bila dipisahkan akan timbul ketidakseimbangan dalam hidup di dunia ataupun akhirat.