Manfaat Puasa Media Sosial di Bulan Ramadan
Seringkan ada berita gegara komen di media sosial seseorang dipidanakan. Hal itu berarti kadang giat di media sosial tanpa bijaksana akan menimbulkan kemudharatan. Memang ada banyak sisi positif ketika melihat media sosial, misalnya mendapatkan informasi tentang lomba menulis, iklan untuk menambah ketrampilan seperti fotografi. Inspirasi membuat hidup lebih bermakna. Info tentang komunitas yang kita sukai. Atau bagi penjual bisa beriklan secara gratis. Baik secara soft selling maupun hard selling. Masih banyak lagi sisi positif dari media sosial.
Sebagian besar aktivitas internet sekarang ada di media sosial. Menurut laman Kompas.com_melt water, pengguna sosial media di Indonesia Januari 2023 sebanyak 167 juta orang atau 60,4 % dari total populasi. Situs dan aplikasi membantu orang terhubung dengan teman, keluarga, klien, calon konsumen dan lainnya.
Sering bila kita memposting konten ada keinginan ingin di-like, dikomen. Ada pribadi yang mengalami hal itu akan baper. Merasa secara individunya tidak disukai. Sebenarnya bisa begitu, bisa juga algoritma konten tidak terbaca media sosial, bila diposting pada Instagram misalnya. Jadi jangan gantungkan dirimu dengan jumlah like ya! Saya pernah melihat sebuah akun komersil, like-nya sedikit tetapi ternyata penghasilan offlinenya meningkat seiring ia rajin memasang status WA dan membuat konten di Instagram/Tiktok.
Bagaimana dengan bulan Ramadan ini? Pribadi yang masih perlu belajar makna media sosial pasti bermanfaat bila puasa jasmani, media sosial puasa juga. Agar penilaian Allahlah yang harusnya dituju. Sepakat? Sepakat ya!
Puasa media sosial bagian dari puasa. Jasmani. Puasa ruhiyah menjaga yang bisa membatalkan puasa jasmani.
Manfaat Puasa Media sosial selama bulan Ramadan:
1 Fokus beribadah, waktu dimanfaatkan banyak tilawah
2. Tidak membaca atau menonton akun ghibah, menjaga puasa.
3. Mengurangi resiko isu mental healthy.
Mengurangi iri dengan capaian orang lain, pribadi yang baru bertumbuh dewasa, sering tidak dapat menilai hal yang dilihat di media sosial. Tak perlu iri sebab hal yang terlihat di internet tidak sesempurna kita bayangkan. Pembuat konten pasti punya sisi yang kurang juga. Dalam buku Looking After your Mental Health, bahkan dikatakan:
What you don't see is the other 90% of their life - the arguments, the sniffly colds, the cranky days, the little failures. For every happy photo you see, there were probably lots of unhappy moments - you are not the only one who feels sad, bad, ugly or a bit of a failure sometimes.
Tentu tidak semua orang seperti itu. Ada orang yang di media sosial apa adanya. Kalau ia bahagia ditunjukkan tetapi kalau sedih ia tidak mau berbagi hanya karena ingin menyimpan sendiri.
4. Khusus untuk 10 malam terakhir lebih banyak waktu untuk mendirikan sholat malam. Saya mendengar ceramah dari guru tahasin saya:
Man qoma romadhona imanan wahtisaban ghofiro lahu ma taqoddama min dzambihi
Siapa yang mendirikan shalat malam pada Bulan Ramadhan karena iman dan pengharapan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga puasa media sosial membuat puasa zahir kita lebih terjaga.