KOMENTAR
TRADISI Pilihan

Mudiklah Agar Tetap Udik

4 Mei 2022   14:19 Diperbarui: 4 Mei 2022   14:22 396 4

Mudik tentu harus dirayakan dengan sukacita, dengan penuh kegembiraan. karena kita akan kembali ke tempat asal kita. Bertemu dengan sanak saudara dan keluarga besar di kampung halaman

Mudik tidak bisa dilakukan dengan sembarangan dan asal mudik, perlu kecerdasan dalam melakukan persiapan yang sebaik-baiknya agar mudik berjalan lancar, menyenangkan hingga selamat sampai tujuan

Secara detail banyak barang yang perlu dibawa dan dipersiapkan, bahkan sejak jauh hari. begitulah, mereka yang menyadari bahwa mudik merupakan suatu kepastian pastilah menyiapkan bekal sejak jauh hari, sehingga saat yang ditunggu tiba, mereka bisa maksimal melakukan mudik dengan persiapan yang telah ditetapkan.

Di musim pandemi yang belum reda, tentu mitigasi dalam menjaga kesehatan agar tidak membawa penyakit bagi keluarga di kampung adalah hal penting untuk dijaga oleh siapapun yang akan mudik.

Dengan demikian suasana hikmat, meriah saat bercengkrama dengan keluarga tercinta di kampung halaman akan menjadi momen yang sangat indah dan menyenangkan dimana sudah dua tahun lebih momen lebaran dan mudik tidak bisa dilakukan bersama keluarga besar di kampung

Mitigasi atau menjaga diri dari kemungkinan terkena atau tertular virus covid-19 saat mudik, sangat penting dilakukan agar momen mudik bisa dijalani dengan kebahagiaan, selamat saat dijalan hingga berkumpul dengan keluarga besar.

Maka mitigasi bisa dilakukan dengan cara melakukan vaksin, menerapkan protokol kesehatan saat perjalanan, ataupun ketika berkumpul dengan keluarga, dan terakhir menikmati momen lebaran sambil memaknai falsafah dari istilah mudik.

#Melaksanakan vaksin
Pandemi belum selesai, penyebaran virus covid-19 masih terus terjadi walaupun intensitas penyebarannya mengalami pelandaian. Hal inilah membuat pemerintah berani mengambil keputusan untuk memberikan ijin  mudik bagi masyarakat di tahun ini (1443 H)

Ada dua kepentingan dari pemerintah sehingga mengumumkan dibolehkannya masyarakat untuk mudik dan merayakan lebaran bersama. yaitu faktor penyebaran covid-19 yang sudah berkurang dan penggerakan ekonomi disektor rill. Namun pemerintah tetap menghimbau masyarakat agar tetap menjaga kesehatan dengan melakukan vaksin pertama, kedua dan juga booster sebelum melakukan mudik

#Menerapkan Protokol Kesehatan
Jika sudah melakukan vaksin baik pertama. kedua dan vaksin booster, maka secara prinsip kelancaran secara administrasi untuk mudik sudah dijamin. Sebab pemerintah memberikan kelonggaran mudik di tahun 2022 ini juga dengan bersarat.

Adapun sarat mudik yang ditetapkan pemerintah, adalah kewajiban vaksin bagi warga yang akan mudik. Jika pemudik telah divaksin sekali, maka harus menunjukkan hasil negatif test sweeb dan antigen. Jika dua kali cukup memperlihatkan hasil negatif dari test antigen. jika sudah vaksin pertama, kedua dan booster, cukup memperlihatkan bukti telah dibooster melalui aplikasi peduli lindungi. Sarat ini berlaku untuk perjalanan darat, laut dan udara.

#Menikmati Lebaran dengan Keluarga
Dua tahun telah dilalui tanpa adanya mudik ke kampung halaman, bagi perantau tentu perasaan rindu berjumpa dan kumpul bersama keluarga besar akan menjadi momen yang sudah dinanti-nantikan.

Adanya pelonggaran mudik bersarat, membuka asa para perantau kumpul bersama keluarga melalui mudik. Maka tetaplah menerapkan protokol kesehatan yang ketat dengan memakai masker, cuci tangan dan menjaga jarak adalah bagian dari mitigasi yang bisa dilakukan agar para pemudik dan keluarga besar di kampung tetap dalam kesehatan, terhindar dari kemungkinan tertular atau menularkan penyakit saat silaturahmi

Dengan langkah seperti tersebut diatas selain memastikan kesehatan bagi pemudik juga memberikan kepastian kesehatan bagi keluarga di kampung, langkah ini tentu akan menambah semakin hikmatnya perayaan lebaran bersama keluarga di kampung

#Falsafah mudik
Mudik merupakan tradisi khas dari warga Indonesia, khususnya saat menjelang lebaran (idul fitri ataupun idul adha) kegiatan mudik terjadi karena masifnya warga pedesaan yang melakukan aktifitas ekonomi ke kota-kota besar di Indonesia.

Kata mudik, berasal dari serapan udik, yang menggambarkan orang pelosok atau udik. Saat menjelang lebaran orang-orang pelosok atau udik yang ada di berbagai kota biasanya kembali ke tempat asal, maka munculah istilah mudik yang menggambarkan kembalinya mereka ke tempat asal (kampung) bersama sanak keluarga

Terdapat falsafat dari kata mudik, jika mudik dimaknai sama dengan orang udik, yaitu adanya nilai-nilai luhur seperti kebersamaan, hidup saling bergotong royong, saling sapa, adanya rasa asih dan asuh serta hidup sederhana, selalu akrab dengan alam dan lingkungan sekitar, adalah ciri khas mereka orang-orang yang identik dengan orang udik.

Maka teruntuk warga desa yang mencari nafkah di berbagai kota besar di Indonesia, yang akrab dengan kehidupan hedon, nafsi-safsi dan cuek terhadap lingkungan sekitar hendaknya dihempaskan dan diuprage kembali dengan nilai-nilai luhur dari masyarakat udik. Syukur jika sekembali dari kampung nilai-nilai luhur ini dapat diterapkan di kota tempat tinggal mereka dalam mencari nafkah

Pemudik hendaknya tetap bersahaja ketika berada di kampung tidak perlu show kemewahan atau keberhasilan selama kerja di kota. Perilaku pamer keberhasilan dan kemewahan tentu akan menyakiti perasaan warga desa yang selama ini punya peran dalam meyangga perekonomian dan stabilitas lingkungan. maka wajarlah dan membaurlah dengan masyarakat desa agar nilai kebersamaan, keakraban tetap terjaga dalam merayakan hari raya idul fitri 1443 H.

Sekian penulis mengucapkan

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun