KOMENTAR
RAMADAN

Redakan Api Cemburu Sebelum Tersulut Emosi

5 April 2022   02:08 Diperbarui: 5 April 2022   02:38 454 6

Dengan adanya berita "Api Cemburu Sulut Kebakaran Kios"
Ketika melihat berita di televisi dengan judul di atas, sebab api cemburu sampai bisa membakar deretan kios di Jakarta. Sungguh miris sekali melihat berita ini. 

Ia sebagai pelaku, apa sebelum melakukan ini tidak dipikir dulu?

Dampak yang akan ditanggung belakangnya sebab tak dapat meredakan amarahnya. Pada akhirnya membawa dampak besar tidak hanya merugikan si korban juga merugikan masyarakat lain.

Kalau sudah seperti ini, siapa yang akan bertanggungjawab menanggung kerugian pemilik kios yang sudah terbakar. Kalau bukan si pelaku. Nasib, sudah masuk penjara disuruh ganti rugi pula.

Entah, apa yang dipikirkan si pelaku? Hanya api cemburu saja sudah bertindak nekat. Beruntungnya Polisi sudah berhasil menangkap si pelaku.

Harusnya sebelum nekat membakar kios, bok Yo selesaikan dengan kepala dingin. Bicarakan dengan pasangannya jangan langsung bertindak di luar batas. 

Api cemburu itu dari bisikan setan. Redakan dengan membaca istighfar-- Astaufirallahalazim. Sering mengingat Tuhan, supaya setiap tindaktanduk kita tidak membuat aksi kriminal. Yang bisa membawa kita ke jalur hukum.

Lawan sisi buruk kita. Jika mengambil keputusan lihat apa dampak di belakangnya. Merugikan orang lain atau tidak. Pilah mana yang baik mana yang buruk. Jangan asal main embat! Jangan memperburuk keadaan. Justru setelah bisa melawan hal negatif dari diri kita. Hidup kita lebih legowo.

Mulailah untuk mendekat kepada Tuhan. Perbaiki salat kita. Perbaiki perilaku yang baik. Yang bisa membawa nama baik keluarga dan diri kita sendiri. Orang yang sudah pernah masuk penjara, jika sudah keluar tetap masyarakat tak terima. Dan, selalu mengingat kita pernah menetap di penjara. Ia akan dikucilkan di masyarakat, keluarga dan kerabat.

Nah, kalau sudah dicap namanya tidak baik. Siapa yang rugi? Tentu diri kita sendiri bukan orang lain. 

Mumpung masih di bulan Ramadan, banyak-banyak mencari pahala untuk bekal di akhirat. Jangan menambah dosa! Jangan! Timbangan dosa semasa dulu masih ada. Mari mencari bekal yang banyak di akhirat nanti.

Berpikir logis, hidup tidak selamanya akan ada kelanjutannya setelah kematian. Ditanyakan perbuatan kita di dunia. Ditimbang dosa kita di akhirat, bagaimana kita bisa melalui jembatan yang masuk surga? Kalau sampai sekarang pun masih jauh dengan Allah Subhanawataala.

***

Pemalang, 5 April 2022

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun