Memaafkan, Apa Manfaatnya?
Ramadan telah berlalu. Idulfitri pun tiba. Untuk menyempurnakan ibadah, selayaknya kita saling memaafkan agar kembali kepada fitrah.
Ada pendapat yang menyatakan manusia itu memang tempatnya salah dan khilaf. Disengaja atau tidak, kesalahan selalu ada pada diri manusia. Untuk itu, seharusnya kita selalu melapangkan dada untuk memberi atau meminta maaf.
Memang tidak semudah yang diucapkan. Baik memberi atau meminta maaf butuh kebesaran jiwa. Semua tergantung pada peristiwa yang melatarbelakangi.
Bisa saja kita memberi maaf, karena masalah yang terjadi tidak begitu besar dan bisa dilupakan begitu saja. Namun, jika masalah yang dihadapi sangat rumit dan membuat sakit hati yang berkepanjangan, pasti butuh waktu untuk memberi maaf. Pun untuk meminta maaf.
Memberi maaf bukan berarti melupakan. Jika suatu masalah sangat berat dan mengakibatkan korban hingga meninggalkan bekas, bisa jadi memaafkan akan sulit dilakukan. Selamanya akan teringat peristiwa itu, dan mau tidak mau akan teringat kembali akar masalahnya.
Dibutuhkan kelapangan hati dan jiwa untuk bisa memaafkan dengan ikhlas. Dibutuhkan juga kesabaran untuk bisa melupakan masalah. Semua memang harus berproses, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam suatu riwayat, Rasulullah pernah menyatakan bahwa ada orang Arab Badui yang akan menjadi ahli surga. Para sahabat pun bingung dan penasaran. Amalan apa yang dikerjakan oleh orang Badui itu?
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!