Mau Melihat Orang Islam? Lihatlah di Hari Raya Idul Fitri
Umat muslim baru saja menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadan, disambung dengan melaksanakan shalat sunnah berjamah dua rakaat di hari raya Idul Fitri. Sejak pagi umat Muslim sudah berbondong-bondong mendatangi masjid atau tanah lapang yang dijadikan tempat pelaksanaan sholat sunnah berjamaah dua rakaat.
Mereka melaksanakan shalat sunnah berjamaah dua rakaat, seolah tidak ingin ketinggalan momen penting dalam pelaksanaan ibadah di awal bulan Syawal.
Keadaan ini berbeda 180 derajat dengan pelaksanaan shalat Subuh berjamaah yang dapat dikatakan sepi, hanya diikuti Beberapa orang paling banyak diikuti 1 baris saja. Kondisi ini mengingatkan saya akan perkataan Buya Hamka, seorang ulama dan sastrawan besar, yang termashyur dengan karya padat nilai dan kutipan-kutipan bijaknya kerap dijadikan nasihat kehidupan, inspirasi dan motivasi Islami.
Kata Buya Hamka "Jika ingin melihat orang islam maka lihatlah ketika hari raya idul fitri, itulah orang islam. Tetapi jika mau melihat orang beriman maka datanglah ke masjid ketika shalat subuh".
Apa yang disampaikan Buya Hamka tersebut sangat benar adanya. Bahwa jumlah umat Muslim sangat banyak tidak dapat disangsikan lagi. Mengacu pada data Kementerian Agama, jumlah umat Muslim Indonesia adalah sekitar 87,2% atau 229,62 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, umat muslim Indonesia menyumbang sekitar 13,1% dari seluruh umat muslim di dunia.
Namun bila dikatakan sebagai orang beriman yaitu orang yang akidahnya lurus dan selamat, terbebas dari segala perilaku syirik dan khurafat, maka jumlahnya dapat dipastikan sangatlah sedikit, seperti sedikitnya jamaah shalat Subuh di masjid
Padahal seperti dikatakan Syeikh 'Imad 'Ali 'Abdus-Sami' Husain dalam bukunya Keajaiban Shalat Subuh, Menguak Misteri Kemuliaan dalam Shalat Subuh, "orang yang mengaku beriman, tidak perlu sulit mengetahui kadar keimanannya, cukup mengukurnya dengan shalat Subuh.".
Syeikh 'Imad kemudian mengutip sebuah hadis Rasulullah SAW yang artinya, ''Batas antara kita dengan orang-orang munafik adalah menghadiri shalat Isya dan Subuh, sebab orang-orang munafik tidak sanggup menghadiri kedua shalat tersebut.''
Mengapa orang-orang banyak yang tidak mampu melaksanakan shalat Isya dan Subuh?
Alasannya sederhana saja yaitu lemahnya komitmen untuk beribadah. Saat shalat Isya, mereka beralasan sedang di dalam perjalanan menuju rumah dan setibanya di rumah merasa kecapekan sehingga langsung tertidur. Sementara saat shalat Subuh, mereka masih tertidur dan terbangun ketika matahari sudah tinggi.
Padahal seandainya saja mereka mengetahui banyak keberkahan yang terkandung dalam shalat Isya dan Subuh, maka mereka akan menyesalinya. Seperti disebutkan dalam HR. Tarmidzi, Ab Daud, Ahmad dan Ibnu Majah, secara khusus Rasulullah SAW pernah berdoa "Ya Allah, berkahilah umatku selama mereka senang bangun subuh ".
Adapun keberkahan lainnya di antaranya adalah apabila melaksanakan sunnah 2 rakaat sebelum Subuh, maka pahalanya paling banyak dibanding shalat sunnah lainnya. Seperti kata Rasulullah Saw dalam Hadist yang diriwayatkan dari 'Aisyah bersabda " Dua rakaat Fajar (sholat sunnah sebelum subuh ) lebih baik daripada dunia seisinya " ( HR. Muslim ).
Berikutnya, seperti sabda Rasullulah, "Apabila bangun dari tidur, lalu memenuhi panggilan adzan dan mengerjakan sholat ( Subuh ) dengan orang-orang yang beriman, pahalanya sama dengan mengerjakan qiyamul-lail sepanjang malam.
Begitu pun dengan shalat isya, Nabi Muhammad SAW bersabda : " Barang Siapa sholat Isya' berjamaah, maka seakan -- akan ia mengerjakan qiyamul-lail setengah malam, dan barang siapa mengerjakan sholat Subuh berjamaah, maka seakan-akan ia melaksanakan sholat sepanjang malam" (HR. Imam Ahmad dan Imam Muslim melalui Ustman bin Affan). (AHU)