KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Memahami Makna "Halal Bi Halal" dari Perspektif Embuhisme: Memaafkan dan Melepaskan Ego

15 April 2024   20:35 Diperbarui: 15 April 2024   20:39 725 2

Idul Fitri adalah momen yang penuh keberkahan, dan seperti biasanya pada  perayaan Hari Raya Idul Fitri, tradisi 'halal bi halal' menjadi momen penting bagi umat Muslim untuk saling memaafkan dan menyambung kembali tali silaturahmi.

Di balik tradisi yang tampak sederhana ini, terdapat makna yang dalam, terutama ketika dipandang dari sudut pandang Embuhisme atau filsafat tentang kesadaran melepaskan ego.

Embuhisme, sebuah pandangan filsafat yang menekankan pembebasan dari belenggu pikiran dan perasaan, mengajarkan bahwa salah satu kunci kebahagiaan dan kedamaian adalah dengan melepaskan ego dan menerima orang lain dengan tulus.

Bila melihat konteks 'halal bi halal', memaafkan dan melepaskan ego adalah pondasi utama yang memungkinkan seseorang untuk merajut kembali hubungan yang terputus dan memperkuat persaudaraan.

Pertama-tama, memaafkan adalah tindakan yang membebaskan jiwa dari beban dendam dan kebencian, memaafkan bukanlah tindakan yang menunjukkan kelemahan, melainkan kekuatan yang besar.

Sehingga dengan memaafkan, seseorang membebaskan diri dari belenggu emosi negatif yang membatasi pertumbuhan spiritual dan menciptakan ruang untuk kedamaian batiniah.

Selanjutnya, melepaskan ego adalah langkah penting dalam proses 'halal bi halal'.

Ego seringkali menjadi penghalang utama dalam hubungan yang sehat dan harmonis.

Embuhisme, melepaskan ego berarti menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri dan mengakui bahwa semua manusia memiliki kesalahan dan kelemahan.

Hal ini yang melatarbelakangi saat seorang melepaskan ego, maka seseorang dapat membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna dengan orang lain dan seringkali pada praktik 'halal bi halal', seseorang diajak untuk melihat setiap kesalahan dan ketidaksempurnaan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang bersama.

Memaafkan dan melepaskan ego bukan hanya sekadar ritual sosial, tetapi merupakan proses yang mengubah hati dan pikiran seseorang.

Mempraktikkan nilai-nilai ini, 'halal bi halal' menjadi lebih dari sekadar pertemuan fisik, tetapi juga pertemuan jiwa yang membawa kedamaian dan keberkahan.

Dengan demikian, melalui sudut pandang Embuhisme atau filsafat tentang melepaskan ego, 'halal bi halal' menjadi lebih dari sekadar tradisi, tetapi menjadi kesempatan untuk mengubah diri dan memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

Dengan memaafkan dan melepaskan ego, seseorang tidak hanya mendapatkan keberkahan dalam hubungan sosial, tetapi juga dalam pertumbuhan spiritual mereka.

Brebes, 15 April 2024
Aziz Amin| Wong Embuh

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun