KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Mengenang Bulan Ramadan Tahun 90-an di Tanah Kelahiranku Kotapinang

2 April 2023   06:42 Diperbarui: 2 April 2023   07:04 1688 10

Tanpa terasa kita sudah memasuki ramadan ke 11 itu artinya sepertiga perjalanan ramadan sudah kita lalui, semoga kita senantiasa dilimpahkan kesehatan agar dapat terus beribadah dengan baik.

Bulan ramadan menjadi bulan yang spesial karena begitu banyak cerita yang mengikutinya, bulan istimewa dimana ibadah kita dilipat gandakan pahalanya.

Dari setiap tahun bulan ramadan yang kita lalui mungkin setiap tempat atau daerah memiliki ciri khas tersendiri apa yang dilakukan di saat bulan ramadan.

Jika melihat kebelakang bernostalgia dengan kehidupan masa lalu khususnya saat melalui bulan ramadan akan begitu banyak cerita seru yang akan kita ceritakan.

Masa kecil saya di tahun 90an awal tepatnya di daerah Kotapinang kabupaten Labuhanbatu Selatan provinsi Sumatera Utara, sangat berbeda menikmati bulan ramadan kala itu dengan saat ini.

Dimasa kanak-kanak yang terkadang sedih bila di ingat karena begitu banyak kenangan yang dialami terlebih saat bulan puasa telah tiba.

Dari berbagai keseruan dimasa lalu saat bulan ramadan ada beberapa hal yang kami lakukan yang memiliki nilai-nilai yang baik di bandingkan saat ini.

1. Bermain Meriam Bambu

Tradisi masa kecil yang sampai saat ini melekat di ingatan di saat bulan ramadan yaitu bermain Meriam Bambu.

Bambu yang agak besar di bentuk layaknya meriam dinyalakan menggunakan minyak tanah sebagai pemicu bunyi saat di beri api pada lubang kecil yang dibuat pada bambu.

Permainan ini awalnya bertujuan untuk membangunkan sahur saat bulan ramadan, sehingga setiap rumah yang ada anak kecilnya pasti ada meriam bambu dirumahnya.

Bunyi meriam bambu yang bersahut-sahutan menjadi hiburan tersendiri dan setiap pemain meriam bambu akan berusaha memberikan suara yang kuat pada meriam yang dimiliki untuk memberikan kebanggaan tersendiri.

Tradisi dahulu di zaman saya masih duduk di bangku SD saat ini sudah mulai hilang bahkan punah, digantikan dengan meriam dari kaleng susu yang lebih kekinian dan memiliki suara yang menggelegar.

Indahnya diwaktu sahur kala itu, karena begitu ramai dengan dentuman meriam bambu yang membangunkan orang untuk sahur kala itu.

2. Mandi Ke sungai

Di sekitar tempat saya tinggal dulu terdapat rawa yang membentuk danau dimana kami sering menyebut daerah tersebut sungai PD, singkatan dari sungai panas dingin.

Keunikan sungai ini dimana airnya di permukaan terasa hangat di bawahnya terasa dingin, sehingga di kala itu sungai ini sangat terkenal dengan sebutan sungai PD.

Saat bulan ramadan memiliki keseruan mandi di sungai tersebut, biasanya muai jam 10 pagi sampai masuk waktu Zuhur dan sore hari juga akan banyak anak-anak dan orang tua yang mandi di sungai tersebut.

Sungai ini juga memberikan manfaat kepada orang sekitar untuk latihan berenang sehingga setiap anak yang ingin mencoba masuk TNI atau Polri maka latihan renang bisa dilakukan di sungai ini.

Namun saat ini akibat pembangunan dan pengembangan lahan perkebunan sawit sungai ini mengalami pendangkalan dan bahkan saat ini tidak ada terlihat lagi bentuk sungai yang dulunya luas kini tersisa hanya aliran air berbentuk parit saja.

Hilang sudah kebiasaan ramadan yang dulu kami lakukan mandi di sungai PD saat bulan ramadan.

3. Mancing ikan

Pada saat bulan ramadan keseruan masa lalu yang kami lakukan yaitu memancing ikan.

Sepanjang aliran sungai PD yang saya sebutkan sebelumnya terdapat berbagai jenis ikan yang hidup alamiah di sepanjang aliran sungai tersebut.

Sehingga di saat memancing ikan di bulan ramadan kala itu pasti pulangnya akan membawa ikan dengan jumlah lumayan.

Akan sangat lebih seru lagi memancing ikan dikala hujan baru reda, biasanya ikan akan lebih banyak keluar dari sarangnya dan saat kita memancing akan mendapatkan ikan yang banyak.

Biasanya memancing ikan dilakukan setelah shalat Zuhur sampai waktu shalat Ashar.

Biasanya ikan yang kita dapat saat memancing akan di masak ibunda untuk dijadikan santapan berbuka.

Namun saat ini semuanya tinggal cerita, jangankan ikan mencari hewan lain saja sepanjang sisa aliran sungai sulit ditemukan akibat kerusakan lingkungan.

4. Keliling kampung setelah subuh

Nostalgia bulan ramadan berikutnya di daerah saya di saat selesai shalat subuh di masjid biasanya berjalan kaki keliling kampung menjadi keseruan tersendiri.

Kalau dulu istilah asmara subuh pernah ada mungkin seperti itulah sebutannya, usia remaja kala itu ada kesenangan tersendiri berjalan-jalan keliling kampung apalagi saat masa remaja puber ada teman sekolah yang kita senangi maka saat subuh melintasi rumahnya berkali-kali dilakukan demi untuk sekedar melihatnya saja dan itu sangat menyenangkan.

Lucu terkadang namun keseruan kala itu tidak seperti remaja saat ini yang sudah naik kendaraan kemana-mana, dikala itu jalan kaki masih kuat untuk dilakukan walaupun dalam keadaan berpuasa.

Hal ini juga menjadi ajang silaturahmi sesama teman, pada saat itu akan berjalan kelompok-kelompok berdasarkan usianya melintasi rumah-rumah yang begitu ramai layaknya pasar malam.

Saat ini keseruan seperti itu sudah sedikit hilang dimana mungkin kegiatan seperti itu digantikan era zaman android dimana bermain hp berjam-jam bisa dilakukan anak zaman sekarang.

Harapan kita semoga generasi sekarang lebih banyak beribadah selesai subuh dengan baca Qur'an setelah subuh agar bulan ramadan jauh lebih bermanfaat.

5. Nonton Film sebelum berbuka

Zaman dahulu rumah yang memiliki televisi masih terbatas sehingga kalau nonton tv itu terkadang harus pergi ketempat tetangga.

Dimasa remaja saya dahulu menonton film ramadan itu juga menyenangkan film kartun hingga film religi akan banyak ditayangkan di televisi kala itu.

Film kartun seperti si unyil, Satria Baja hitam, dragon ball dan berbagai film lainnya akan dinantikan kehadirannya setiap hari terlebih dibulan ramadhan.

Menonton bersama dan mengambil inspirasi dari tontonan yang di tonton kala itu menjadi kebiasaan anak-anak remaja waktu itu.

Dari berbagai film yang ditayangkan begitu banyak pesan moral yang di sampaikan, tidak seperti kebiasaan tontonan remaja saat ini begitu banyak menampilkan gaya hidup mewah yang mencerminkan kesombongan.

Masa remaja saya menonton tv saat Ramadan sangat menyenangkan karena bisa bertemu teman dan akan membahas seputar film yang selesai di tonton dijadikan pembelajaran dari hal-hal positif yang dilihat.

Siaran tv juga tidak sebanyak saat ini ditambah lagi saat ini begitu banyak konten YouTube yang tidak mendidik, zaman saya remaja hal seperti saat ini tidak ada sehingga saya merasa beruntung dan sedikit terselamatkan dari bahaya negatif tontonan seperti saat ini.

***

Bernostalgia di bulan ramadan mengingat masa lalu memang sangat menyedihkan dan mengundang rasa haru ingin rasanya masa-masa itu diulang kembali.

Kalau dulu segalanya masih bisa dinikmati tanpa adanya polusi, pestisida pada tanaman dan tentunya ikan yang masih nikmat saat dimakan karena berada di air yang masih steril airnya dari limbah lingkungan.

Sangat berbanding terbalik dengan saat ini, sehingga karakter anakpun sangat berbeda anak zaman dulu dengan anak sekarang.

Anak zaman dulu lebih kuat,  berani dan tentunya lebih sehat berbeda dengan anak-anak zaman sekarang cenderung lebih manja dan kurang punya nilai berjuang dalam menjalani kehidupan.

Semoga kisah ini menjadi cerita yang memberikan motivasi bagi kita untuk mendidik anak-anak kita dengan hasil seperti anak zaman dulu karakternya, punya budaya malu kepribadiannya butuh kerja keras memang untuk mendidik anak zaman sekarang dengan metode pendidikan kekinian.

Bulan ramadan bulan penuh berkah penuh cerita dan kebahagiaan bagi kita yang bisa menikmatinya.

Selamat menjalankan ibadah puasa semoga kita terus Istiqomah dalam beribadah, Amin ya Rabbal Alamin.

Salam


KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun