KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Koleksi Buku Boleh, tapi Jangan Lupa Dibaca

5 Mei 2021   23:01 Diperbarui: 5 Mei 2021   23:09 2525 7

Kegiatan membaca dan buku tak ubahnya dua sisi dari sebuah koin. Membaca tentu mengandaikan adanya buku, walau buku bukan satu-satunya sumber bacaan. Sementara itu, buku menjadi berarti bila dibaca.

Namun demikian, dalam pengalaman saya pribadi, kata kerja dan kata benda tersebut bisa saja tak harus berjalan beriringan. Bahkan bisa saling mengenyahkan.

Ingin sekali membaca tetapi buku yang diinginkan tidak bisa didapat. Ini terjadi pada jenis buku-buku dengan tema-tema antik dan diterbitkan di era 80-an hingga 90-an. Buku-buku tersebut sudah tidak beredar di toko buku, tidak terkecuali gerai daring sekalipun, apalagi dalam format digital.

Beberapa contoh bisa disebut. "Bulan Sabit dan Matahari Terbit: Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang" karya Harry J Benda. Begitu juga "Abangan Santri dan Priyayi" dari Clifford Geetz. "Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946" karya Benedict Anderson yang diterbitkan Sinar Harapan 1988 pun sudah menjadi klasik dan langka. Buku-buku itu banyak diburu. Kalaupun bisa didapat, harganya tentu melambung tinggi.

Di sisi berbeda, ketika buku-buku yang diinginkan mudah didapat, tidak sedikit yang berakhir di rak buku. Buku-buku itu nyaris tak disentuh. Dibiarkan tergeletak begitu saja, atau terpajang apik dengan sampul masih disegel rapih. Buku-buku itu pun akhirnya sekadar menjadi koleksi.

Berangkat dari Hobi

Saya sudah mengenal buku sejak kecil. Sejak mulai mengenal aksara. Sejak itu pula membaca sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan, baik formal di sekolah maupun informal saat di rumah.

Patut diakui, buku dan membaca adalah bagian penting dari proses edukasi. Untuk memahami pelajaran tertentu kita harus membaca dan memahami sejumlah buku. Namun di luar urusan sekolah, kedua hal itu sungguh bergantung pada minat. Karena itu, membaca buku menjadi salah satu jenis hobi yang kerap dengan mudah ditambahkan dalam daftar "Curriculum Vitae."

Hobi membaca itu terus saya pertahankan hingga hari ini. Kemudian menjadi semakin tebal seiring dorongan untuk memiliki setiap buku baru atau buku-buku terbitan tahun-tahun sebelumnya tetapi saya anggap menarik untuk dilahap. Walau sudah tidak lagi duduk di bangku sekolah, membaca dan buku sudah seperti bagian dari santapan sehari-hari.

Saat ini saya sudah memiliki dua perpustakaan kecil. Perpustaan pertama ada di rumah orang tua saya di Flores, NTT. Perpustakaan kedua ada di tempat tinggal saya saat ini. Saya bisa pastikan di kedua perpustakana itu memiliki judul buku berbeda.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun