Jalan Lurus dalam Islam Perbedaan "Shirathal Mustaqim" dan "Sabilillah"
Untuk menunjuk makna Jalan, bahasa Arab mempunyai kata "Shirath" dan "Sabil"
"Shirath" terambil dari kata saratha yang artinya menelan. Jalan lebar dinamai "Sirath" karena sedemikian lebarnya, sehingga ia bagaikan menelan si pejalan. Shirath seperti jalan tol. Kita tidak dapat keluar atau tersesat setelah memasukinya. Bila memasukinya kita telah ditelan olehnya dan tidak dapat keluar kecuali kalau sudah sampai akhir tujuan.
Berbeda dengan "Sabil". Bila "Shirath" adalah jalan luas, maka sabil adalah jalan kecil atau lorong-lorong. Kalau jalan kecil itu mengantar kepada kebaikan dan kedamaian, ia dinamai sabilillah. Oleh Quran kata itu dijamak dan disifati dengan nama subulussalam atau jalan-jalan keselamatan.
Sabilillah banyak dan bermacam-macam sebanyak tuntutan agama Islam. Gabungannya disebut dengan shirathal mustaqim/jalan lurus. Sabil ada yang bertemu dengan shiratal mustaqim, ada juga yang tidak mencapai shiratal mustaqim.
Bila kita tinjau secara berdiri sendiri, maka Haji adalah sabilillah. Begitu juga dengan puasa, berjihad, belajar dan mengajar, ilmu bermanfaat jika ditinjau secara berdiri sendiri semuanya adalah sabilillah bukan shirath.
Karena itu bila kita hanya berpuasa atau berhaji, itu memang sabilillah. Tetapi kalau hanya itu yang dilakukan, maka itu bukan jaminan bahwa kita akan sampai ke shiratal mustaqim. Itu belum berarti kita sudah menjalankan ajaran Islam secara penuh. Karenanya dalam surat al-Fatihah ayat 6 Allah mengajarkan kita untuk berdoa "Ihdina shiratal mustaqim" bukan "ihdina sabilil mustaqim"
Just My Two Cent
Tafsir al-Mishbah
M Quraish Shihab
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025