Empat Nasihat tentang Puasa Imam Abdullah Alwi al-Haddad
Hari ini adalah hari ke dua puluh dua dari bulan Ramadhan, bulan penghapus dosa. Artinya sudah dua puluh dua hari kita semua merasakan keunikan dari bulan yang diturunkannya banyak rahmat oleh Allah SWT. pun juga bulan dimana al-Qur’an diturunkan. Tidak heran jika selama bulan yang luar biasanya ini banyak dari para muslim yang berbondong-bondong, bahkan saling menyemangati antar satu sama lain, guna melaksanakan banyak amalan peribadatan yang semata-mata ditujukan kepada Sang Maha Pencipta. Banyak dari mereka yang berlomba meramaikan masjid untuk sholat berjamaah dan membaca al-Qur’an atau memasak masakan dengan berbagai macam menu sebagai luapan kegembiraan di saat waktu berbuka tiba. Setiap muslim memiliki cara tersendiri untuk menyambut bulan yang mulia nan terbaik ini.
Bulan dimana seluruh pintu langit dan surga dibuka lebar-lebar dan pintu-pintu neraka ditutup rapat. Sebagai bentuk penghormatan atas bulan yang penuh rahmat, Tuhan menjadikan bulan Ramadhan kosong dari segala godaan syaitan yang dikhawatirkan menganggu akan amalan ibadah hamba selama bulan Ramadhan berlangsung. Sebagaima yang jamak kita ketahui bahwa Allah senantiasa melipatgandakan segala bentuk perbuatan baik hamba selama bulan Ramadhan. Allah akan membalas dengan nilai lebih terhadap muslim beriman yang hendak melangsungkan puasa dengan sabar, menegakkan sholat dalam khusyu’, dan membagi sedekah penuh rasa ikhlas serta berperilaku baik terhadap sesama yang kesemuanya ditujukan semata untuk mendekat kepada-Nya (taqarrub). Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw;
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dan menegakkan sholat dengan rasa iman dan ikhlas di dalam diri, maka Allah akan menghapus segala dosanya di masa lalu.”
Di bulan Ramadhan sendiri terdapat satu bentuk amalan khusus yang menjadi ikon atau simbol dari bulan Ramadhan. Adapun amalan tersebut adalah puasa, yang dengannya bulan Ramadhan kerap kali disebut pula sebagai bulan puasa oleh kebanyakan orang. Ibadah puasa sendiri tergolong jenis ibadah yang unik dan khas. Jika kita melihat puasa dari manfaat dan model serta sifatnya yang tidak lain ditujukan untuk kebaikan umat manusia sendiri. Dimana yang telah diketahui bersama bahwa bentuk amalan ibadah puasa berupa menahan segala macam aktivitas makan dan minum sepanjang hari berlangsung yang dimulai dari waktu terbit fajar hingga muncul mega senja. Amalan ini semata diadakan sebagai manfaat terhadap diri muslim agar lebih mampu mengatur keinginan dan hawa nafsu besar yang terdapat di dalam dirinya.
Penulis mengutip ungkapan Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengenai empat amal perbuatan utama yang sebaiknya dilakukan oleh seorang muslim ketika sedang berpuasa demi mencapai kesempurnaan ibadah. Empat amalan utama tersebut antara lain adalah, pertama, menjaga lisan dari berbohong, ghibah (gosip) dan perkataan buruk lainnya. Kedua dan Ketiga, selain menjaga lisan seorang muslim dituntut pula agar senantiasa menjaga pandangan dan pendengaran dari segala sesuatu hal-hal yang tidak baik dan merugikan baginya. Memandang atau menikmati dalam pandangan terhadap segala sesuatu yang tidak halal baginya adalah sangat dilarang oleh Allah sebab hal tersebut tergolong tindak maksiat yang sama sekali tidak menguntungkan. Keempat, penjagaan terhadap perut dari segala makanan yang tidak baik atau haram untuk dimakan. Terlebih pada saat waktu berbuka puasa, seorang muslim diwajibkan berbukan hanya dengan sesuatu yang halal dan mengandung keberkahan.
Di dalam penjelasan lebih lanjut, Imam Al-Haddad mengingatkan kepada kita semua atas anjuran bagi seorang muslim yang sedang berpuasa sebaiknya memeriksa kembali makanan yang hendak dikonsumsi pada waktu buka. Hal tersebut disebabkan kekhawatiran makanan yang masuk ke tubuh terdapat sebagian barang haram yang tidak disadari atau luput dari penjagaan. Sebagaimana hal tersebut beliau ungkapan dengan jelas di dalam kitab Nashoih al-Diniyah (kitab nasehat-nasehat keagamaan) pada bab adzmu qadr syahr romadhn halaman 37 pada paragraf ketiga:
“Sebagian ulama salaf berkata: Jika kalian tengah berpuasa maka hendaklah perhatikan apa yang akan kalian makan (pada saat waktu berbuka). Bagi shoim (orang yang sedang berpuasa) terdapat isyarat akan anjuran untuk memeriksa dan menjaga apa yang hendak menjadi menu berbuka. Hal tersebut disebabkan keharusan bagi seorang shoim untuk melindungi seluruh tubuhhnya (dirinya) dari segala macam dosa (atau hal buruk) dengan cara lebih memerhatikan sesuatu hal yang baik dan utama. Yang dengannya bertujuan menyempurnakan puasa dan mensucikannya (dari segala sesuatu yang kurang baik). Sebab sudah berapa banyak shoim yang bersusah-payah menahan lapar dan dahaga namun malah menjerumuskan tubuhnya (dirinya) ke dalam lembah kemaksiatan. Itu adalah contoh merusak puasa dan segala kepayahannya hanyalah hal sia-sia belaka.”
Dari penjelasan di atas kita semua menjadi tahu akan keharusan menghindari maksiat dan segala sesuatu yang bisa mengantarkan pada kemaksiatan. Sebab tindakan maksiat (melakukan perbuatan yang mengundang dosa) adalah perbuatan yang tidak dikehendaki oleh Allah swt. Nabi Muhammad pernah bersabda;
“Puasa adalah perihal penjagaan. Jika salah satu kalian sedang berpuasa maka janganlah bertindak fasik dan berbuat sesuatu hal yang bodoh. Dan apabila ada seorang yang menghina atau menghardikmu maka katakanlah kepadanya bahwa hari ini saya sedang berpuasa!”
Selain empat hal utama, Imam Al-Haddad turut menasehati kita tentang dua adab seorang yang sedang berpuasa, yakni tidak memperbanyak tidur di waktu siang dan tidak memperbanyak makan di waktu malam. Seorang yang sedang berpuasa tidak disarankan tidur dan makan dengan kadar berlebihan. Nasehat ini disampaikan agar seorang shoim tidak merasakan kemewahan dan melayani syahwat yang berada di dalam diri. Sebaliknya, seorang shoim diharapkan sungguh-sungguh akan merasakan payahnya lapar dan dahaga, keletihan diri, lemah syahwat dan kecerahan hati yang kesemuanya itu menjadi suatu ajang latihan bernilai tinggi dan hanya dilakukan di waktu paling baik, yakni di bulan Ramadhan. Sebab menjauhi kemewahan hidup dan menghindari pelayanan syahwat memiliki ganjaran terluhur bagi seorang muslim. Upaya tersebut dapat mengantarkannya pada kondisi mencerahkan hati serta termasuk pula agenda khusus tuntutan bulan Ramadhan.
Meski tidak sering dari kita mendengar celotehan bahwa tidurnya orang yang sedang berpuasa adalah mendapat pahala dan hal tersebut benar adanya. Namun bukan berarti kita diharuskan tidur seharian dan tidak melakukan aktivitas apa pun selain tidur. Nabi Muhammad saw. pastinya juga tidak menginginkan para umatnya mengabaikan produktivitas diri selama berpuasa. Begitu juga dengan makan dalam takaran berlebihan, sebab berpuasa adalah aktivitas latihan menekan nafsu yang ada di dalam diri dengan cara menahan syahwat makan. Penulis sendiri turut pernah mendengar penuturan salah seorang guru yang mengatakan bahwa syahwat makanan berada di bagian lemak, bagian dimana berkumpulnya sesuatu hal yang lezat dan menggairahkan. Oleh karnanya menjadi tidak benar jika berpuasa diartikan sebagai aktivitas menunda lapar yang dengannya pada saat waktu berbuka tiba seorang shoim melangsungkan misi balas dendam terhadap seluruh makanan yang tersedia di meja makan.
Di tulisan ini penulis melayangkan harap agar kita sebagai muslim saling mengingatkan hal-hal baik yang mestinya dilakukan di bulan suci Ramadhan. Tidak ada orang yang terbaik di antara kita selain dialah yang akan berdiri dan melaksanakan nasehat-nasehat dari seorang alim nan bijak. Dan tidak ada pula orang yang buruk di antara kita selain dia yang wajib mendapatkan peringatan dan kemudian mengubah pandangan hidupnya. Di sisi Allah swt. kita adalah sama dan tidak ada kelebihan dan kekurangan di tataran hamba kecuali Dia-lah yang akan menghendaki. Penulis mengajak secara bersama-sama untuk saling mengingatkan hal-hal baik dan menjaganya dari segala sesuatu hal buruk yang mengganggu. Akhirul kalam, wa allahu bi shawab.
KEMBALI KE ARTIKEL