KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Buruh yang Terlihat Gagah Hanya saat Mudik

10 April 2023   06:26 Diperbarui: 10 April 2023   06:38 1161 14




Ini ceritaku sendiri dan berapa orang. Cerita saat jadi buruh di Jakarta. Bagiku, saat jadi buruh di Jakarta, paling gagah adalah momen saat mudik.

Mudik Lebaran di kampung ketemu banyak orang. Lalu sapaan dengan kesan status yang agak tinggi bermunculan. Beberapa sapaan atau pembicaraan misalnya begini:

"Wah ada orang Jakarta nih!"

"Makin sejahtera ya di Jakarta?"

"Enak ya di Jakarta, terlihat tambah gemuk, tentunya sejahtera."

Jadi orang yang populer karena status kerja di Jakarta. Agak gemuk dikatakan sejahtera. Ya tak apa-apa. Orang yang dulu jarang nyapa, jadi lumayan sering nyapa.

Maka mudik adalah momen seorang buruh Jakarta bisa sedikit bahagia. Dihargai orang, populer, jadi rujukan bagi orang lain untuk ikut meraih bahagia di ibu kota.

Padahal, aku ngakak sendiri. Ketika jadi buruh ya tetap buruh. Mendapat tugas ini dan itu. Melakoni kerja-kerja yang kadang tak masuk akal tapi tetap harus dilakukan karena perintah atasan.

Memeras keringat dan hati untuk kehidupan keras demi sesuap nasi. Kepala yang cenderung sering panas karena terus dipaksa untuk berpikir tanpa henti.

Kalau agak gemuk, ya karena pola hidup tak sehat. Pulang malam, makan nasi goreng, lalu tidur. Gimana tidak gemuk kalau pola hidupnya seperti itu.

Jadi sekali lagi, mudik adalah fase gagahnya seorang buruh. Setidaknya itu yang aku ketahui. Bahkan ada kenalan yang ketika mudik lagaknya sudah lebih Jakarta daripada orang Jakarta. Padahal di Jakarta juga bukan bos.

Tapi ya begitulah penampakan-penampakan tentang mudik buruh. Sebuah citra diri yang bisa dilihat dari dua sisi. Sisi diri sendiri bisa dimaknai sebagai kebanggaan. Dari sisi orang lain juga dimaknai sebagai keberhasilan. Padahal tak selalu seperti itu.

Mudik, kadang jadi fase sebentar seorang buruh jadi aktor utama di "pementasan hidup", selebihnya dia akan kembali ke realitas sebagai faktor penting yang diabaikan.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun