Kumpul Berjejer, Bersalaman Usai Salat Id adalah Tradisi Baru Bagiku
Tradisi berkumpul, berjejer, bersalaman usai salat Idulfitri adalah tradisi relatif baru bagiku. Dulu, tradisi bersalaman tak seperti itu.
Di masa sebelum akhir dekade 90-an, kebiasaan saat Idulfitri di kampungku adalah menyambangi dari rumah ke rumah tetangga. Yang menyambangi yang lebih muda.
Tentu kegiatan itu tak bisa satu hari. Biasanya memakan waktu dua sampai tiga hari. Selain tetangga, juga bersilaturahmi ke saudara yang lebih tua.
Kalau silaturahmi mendatangi rumah, tentu kontaknya lebih intens. Lalu, makan lebih banyak. Karena pasti disiapkan makanan. Juga harus punya bahan obrolan.
Tapi sejak akhir dekade 90-an, aku mulai mengenal bersalaman yang lebih efisien sekampung. Kumpul bareng setelah salat Id lalu bersalaman. Jadi, warga kampung berputar bersalaman.
Tradisi bersalaman/ silaturahmi di masa lama atau baru ya punya plus minusnya. Di tradisi lama, plusnya adalah relasi antartetangga lebih hangat, lebih dalam, karena harus bertemu lebih lama, ngobrol, dan lainnya.
Minusnya tradisi lama adalah memakan waktu yang lama. Khususnya mereka yang muda, karena harus muter dari satu rumah ke rumah yang lain.
Sementara tradisi baru bersalaman, berkumpul, plusnya adalah lebih efisien. Mampu menjawab kebutuhan bersalaman dengan waktu yang lebih singkat.
Minusnya kalau bersalaman seperti itu adalah relatif hanya sambil lalu. Bahkan kalau jalannya terlalu cepat saat bersalaman, kita bisa tak terlalu fokus dengan siapa kita salaman.
Begitulah ceritanya. Anda suka yang mana? Terserah Anda.