KOMENTAR
TRADISI Pilihan

Berbuka Puasa dengan Bubur Pedas

24 Maret 2023   14:53 Diperbarui: 24 Maret 2023   17:35 564 6

WAKTU kecil dulu aku suka berbuka puasa di mesjid yang tak begitu jauh dari rumah. Ada menu khusus yang bikin selera menggelora. Bubur pedas.

Dimakan hangat-hangat membuat tubuh langsung terasa segar kembali. Rasa lapar sepanjang hari  seperti tergantikan setelah melahapnya.

Jelang akhir 90-an, kalau sedang tugas di Singapura pada bulan Ramadhan aku suka berbuka di sebuah mesjid di kawasan China Town. Tak jauh dari Sub Court atau Pengadilan Negeri Singapura.

Saat berbuka pada bulan puasa, mesjid ini dipenuhi aneka penganan. Mulai dari kurma berharga mahal, aneka kue, dan tidak ketinggalan bubur pedas. Kalau sudah makan bubur pedas dengan ukuran jumbo, tinggal makan sahur saja lagi. Biasanya sahur di sebuah restoran India di seberang apartemen People's Park, tempat sering menginap.

Bubur pedas ini sebenarnya sudah menjadi tradisi di Masjid Raya, Medan, sejak 1960-an lalu. Terbuat dari campuran beras, kacang hijau, daging sapi, ayam, telur, dan berbagai rempah-rempah sehingga terasa pedas. Memasak bubur harus dengan api kecil dan diaduk terus menerus hingga teksturnya lembut dan beraroma sedap.

Bubur pedas bersama bukaan lainnya disajikan di sekitar masjid. Siapa saja boleh mencicipi. Bukan hanya untuk jamaah saja, tapi juga bagi tamu yang mampir. Tentu saja gratis alias tanpa bayar. Namun, kalau ingin mencobanya harus cepat datang agar jangan sampai kehabisan.

Selain pada bulan puasa bubur pedas pun sudah bisa dinikmati pada hari biasa. Beberapa restoran di Medan sudah menyediakan menu bubur pedas. Rasanya mungkin lebih sedap lagi karena ditambah dengan kecap, bawang goreng, dan emping. (irwan e siregar)
 .

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun