Pertimbangan di Balik Mudik Gratis
Pertimbangan di Balik Mudik Gratis
Iklan mudik gratis akhirnya sampai juga di layar ponsel saya beberapa minggu yang lalu. Wah, secara gratis, saya tertarik banget dengan iklan itu. Apalagi yang ngadain itu langsung bapak gubernur Herman Deru, yang saya sangat tahu orangnya karena salah satu anaknya pernah saya ajar.
Mata saya langsung melirik suami. Uh, antusias yang sama pun terlihat dari wajahnya. Maklum, kesempatan gratis untuk mudik itu jarang-jarang kami dapati. Lah, ini tiba-tiba saja dikirim oleh teman melalui aplikasi hijau.
"Oke, mau dong, Bi. Akhirnya, kita bisa ke Solo. Ayo, daftar aja dulu, Bi," ucap saya saat itu. Sepertinya suami saya pun ingin melakukannya bahkan informasi mudik gratis ini sempat saya kirim ke saudara yang berkampung halaman di pulau Jawa.
Setelah berbuka, yang kebetulan saat itu kami buka puasa dan sahur di rumah Emak saya akhirnya menceritakan niat itu ke Papa saya. Ternyata, tanggapan yang tidak menyenangkan kami dapati! Papa tidak menyetujui jika kami ikut mudik gratis.
"Ah, enggak usahlah ikutan, takut nanti ada apa-apa di jalan." Ciut deh nyali kita berdua. Restu orang tua tidak kami peroleh, akhirnya hati pun mencoba untuk mengikhlaskan.
Berkaitan dengan mudik gratis ini, beberapa teman di instagram pun ikut melakukannya dan dari testimoni yang disampaikan, mereka aman-aman saja, tetapi apakah benar? Saya yang belum pernah melakukannya pun tidak bisa mengatakan kelemahan dari program ini. Namun, saya ingat perkataan Papa.
"Iya, kalau di perjalanan tidak menaikan penumpang. Kalau naikkan penumpang, itu bahaya meskipun yang mengadakan adalah gubernur."
Lalu, saya ingat mudik pertama kali ke Solo dengan memakai bus antarprovinsi. Saat itu adalah momen saya pergi menggunakan bus antarprovinsi dan tidak ada banyangan sedikit pun di pikiran saya akan pilihan bus. Ternyata, pilihan bus akan menentukan kenyamanan kita dalam berpergian jauh.
Di luar ekspektasi, akhirnya perjalanan mudik bikin hati ngedumel dan badan terasa sakit semua. Inilah yang akhirnya membuat saya sangat ikhlas untuk mengikuti ucapan Papa, yaitu tidak ikut mudik gratis.
Itu mudik gratis dalam versi saya, teman-teman pasti akan memiliki opini yang berbeda. Namun, sejauh pengalaman saya bahwa bila kita harus melakukan perjalanan mudik yang jauh, apalagi harus melewati beberapa provinsi, maka yang penting memang tingkat keamanan dan kenyamanan selama di perjalanan.
Keamanan ini berkaitan dengan kewaspadaan akan kehilangan barang, keamanan dari kekerasan fisik atau pelecehan, keamanan dalam melewati tempat-tempat yang rawan. Pihak travel yang baik pasti sudah memastikan keamanan semuanya meskipun dalam perjalanan hal tersebut tidak bisa dipastikan.
Faktor kenyamanan dalam mudik pun harus diperhatikan. Kita akan nyaman karena perjalanan mudik itu membutuhkan waktu yang tidak hanya sejam saja. Jadi, kenyamanan fisik harus diperhatikan. Mulai dari jarak tempat duduk, kondisi WC, kelembaban kendaraan, musik yang diputar, fasilitas makan yang diberikan, sampai penambahan penumpang.
Travel yang aman dan nyaman ini tidak mudah ditemukan dan untuk mengklaim travel ini berkualitas, kita bisa menelusuri dari testimoni dari teman dan keluarga. Untuk itu sangat baik jika sebelum mudik kita menyelidiki dulu travel yang akan kita booking tiketnya. Sayang bila setelah berada di atas kendaraan itu penyesalan akan kita temukan.
Nah, buat teman-teman yang mau mudik gratis, jangan terpengaruh dengan embel-embel gratisnya, ya. Ada banyak pertimbangan memilih mudik gratis loh. Jangan hanya ingin gratis, tapi kita tidak merasa aman dan nyaman. Yang akhirnya membuat perjalanan kita tidak menyenangkan. Pastikan juga untuk mempersiapkan fisik, materi alias uang, dan bekal (makanan, obat) dalam perjalanan, ya.