KOMENTAR
RAMADAN

Kreasi Mie pada Menu Berbuka Teman Kost

22 Maret 2024   20:57 Diperbarui: 22 Maret 2024   20:58 325 3



Terus terang nih saya belum pernah ngekost dan merasakan ngekost sewaktu sekolah atau kuliah. Namun, saya berteman dengan anak-anak kost yang di satu rumah ada 4 atau 5 anak kost. Saya kira keadaannya 11/12 mirip dengan keadaan saya sewaktu merantau dulu yang serba terbatas untuk mengakses makanan berbuka kali, ya. Apa mungkin beda, ya?

Baiklah, kalau tidak sama, saya ceritakan saja saat berteman dengan teman kampus yang ngekost di dekat kampus, ya. Berteman dengan anak kost itu membuat saya belajar banyak hal. Dari mereka saya belajar arti sebuah perjuangan, berhemat, berbisnis, dan tetap berkuliah dengan kondisi apa adanya.

Ada banyak cerita antara saya dan mereka. Apalagi ditambah kisah mereka di kosan itu. Enggak ada makanan, sahur kesiangan, berbuka seadanya, atau saling berbagi dengan sesama teman kost.

Rumah kost teman saya terletak tidak jauh dari kampus, sekitar 50 meter kali, ya. Di sana tempat saya beristirahat sejenak saat menunggu dosen. Di sana tempat saya makan siang dan pernah saya diajak berbuka dengan mereka. Berbuka puasa? Iya, berbuka puasa di kosan mereka.

Menu Berbuka
Di antara anak kost yang ada di sana, ada beberapa anak kost yang termasuk 'kaya', makanannya agak mewah. Namun, teman saya termasuk anak kost yang sederhana, yang datang dari sebuah desa. Jadi, makanan yang sering ditawarkan saat saya ke sana adalah menu yang sederhana.

Ketika Ramadan, saya pernah diajak berbuka bersama. Beberapa teman kos itu datang ke sebuah kamar dan membawa makanannya masih masing. Saya ikutan bawa dong, meskipun gorengan saja. Mau tahu apa yang telah mereka siapkan?

Menu yang selalu ada pada saat saya ke sana, entah di bulan Ramadan atau bulan lainnya adalah sambal ijo. Sambal ijo orang Padang, yang dibuat tanpa membubuhkan gula. Dulunya agak aneh, tetapi setelah sering menyicip sambal buatan teman itu, ternyata enak juga, ya.

Menu yang lain seperti tumis sawi pahit dan telur ceplok. Sederhana, bukan? Meskipun sederhana, kok makan di sana terasa nikmat, ya.

Teman kos yang lain membawa kreasi mie goreng, yaitu martabak mie. Tahukan martabak mie itu seperti apa? Itu loh, mie goreng yang sudah siap santap, lalu diberi kocokan telur dan digoreng. Menurut saya ini enak, apa karena saya jarang makan mie, ya. Entahlah, makan di sana tuh walaupun dengan menu sederhana dan terkesan biasa saja terasa lebih nikmat loh.

Bersyukur Itu Nikmat
Menurut saya, bukan menunya yang membuat makan terasa nikmat, tetapi pertemanan dan kedekatan dengan mereka membuat suasana menjadi menyenangkan. Sampai di sini, adakah yang merasakan hal yang sama?

Setelah ditelusuri, nikmat itu ada karena banyaknya rasa syukur di dalam diri. Tanpa rasa syukur, semahal apa pun makanan yang dimakan tetap saja terasa ada yang kurang. Makanya, saat ada seorang yang terbiasa ngekost dan hidup apa adanya, dia sedang berusaha untuk belajar arti rasa syukur.

Yuk, mulai sekarang kita harus banyak-banyak bersyukur atas pemberian-Nya. Sebab masih banyak yang keadaannya leboh susah dari kita. 

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun