KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Semakin Dewasa, Semakin Sedih jika Ramadan Dekati Akhir

2 April 2023   07:55 Diperbarui: 2 April 2023   08:06 800 1

Waktu masih anak-anak, puasa saya anggap sebagai hal yang memberatkan karena sulit menahan lapar dan haus.

Begitu azan Magrib, saya tanpa berpikir panjang melahap menu berbuka karena sudah tidak tahan lagi.

Ditambah dengan keutamaan menyegerakan berbuka, saat itu cepat-cepat berbuka sangat menyenangkan.

Pikir saya waktu itu, Idulfitri adalah saat yang paling dinanti, mengapa? Sudah bebas untuk makan dan minum lagi.

Ada uang hari raya dari sanak famili yang paling saya tunggu juga, selain bisa makan dan minum lagi.

Jika dipikir-pikir, memang terkesan menyenangkan begitu sampai lebaran di masa laluku.

Lalu, seiring beranjak dewasa, lapar dan haus sudah menjadi hal yang biasa karena semakin sering berpuasa.

Azan Magrib tetap menjadi hal yang ditunggu-tunggu, tetapi tidak berlebihan seperti saat masih kecil.

Menu berbuka dari yang bermacam-macam, kini menjadi sederhana saja, hanya air, kurma, atau kadang roti kecil-kecilan.

Begitu masa Ramadan mencapai pertengahan atau akhir, saya justru jadi sedih begitu bulan puasa akan berakhir.

Hari raya menjadi tidak terlalu semarak begitu tahu Ramadan sudah pergi, sekalipun masih menerima uang hari raya.

Seketika berpikir, apa di tahun depan masih bisa merasakan Ramadan lagi dengan kondisi yang sama atau berbeda.

Atau, justru saya tidak berkesempatan lagi untuk menemui Ramadan? Semua masih menjadi tanda tanya.

Memang, pergeseran pola pikir dari masa anak-anak beranjak dewasa menjadi sebuah keniscayaan.

Faktor kesadaran diri dan ilmu yang semakin banyak menjadi alasannya, efeknya adalah semakin luas dan dalam pandangannya.

Orientasi kita terhadap puasa sudah bergeser, mulai dari berharap lekas lebaran menjadi lekas kembali bertemu bulan ini.

Saat kecil, kita berpikir berharap lekas puasa dan lekas bebas dari kewajiban tidak makan atau minum.

Begitu dewasa, kita sudah terbiasa dengan lapar dan haus serta merindukan bulan yang amal ibadahnya dilipatgakan besar-besaran.

Semakin beranjak dewasa, justru kita semakin cemas dan sedih sekali dengan berakhirnya Ramadan.

Masuk akal jika mengapa kita terus berdoa agar bisa bertemu kembali dengan bulan puasa pada tahun berikutnya.

Sangat beruntung jika kita kembali dipertemukan di Ramadan tahun depan, sebaiknya jangan disia-siakan.

Karena kita tidak tahu akan diberikan kesempatan untuk bertemu berapa Ramadan lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun