Puisi: Semenjak Bumi Mendua pada Matahari
Setelah bulan bermuram durja di paruh masa
Bumi terhuyung -huyung dirundung duka
Matahari mengibas panas dalam warna tembaga
Gunung -gunung berdentang, mual meludah sembarangan
Kabut -kabut mengaduk udara malam di pucuk- pucuk ranum
Semenjak bumi mendua pada matahari
Suara -suara berselingkuh dalam genggaman
Bayi- bayi melompat jendela, diusir dari rahim suci
Suara pecah meraung merengek susu pada puting kemarau rasa
Ibu muda telanjang dada mengobral nafsu di stasiun kereta
Semenjak bulan melingkar merah pada cincin matahari
Anak -anak polos menyeret- seret sang bunda dengan lidah bercabang empat
Isteri -isteri nakal menjunjung harta suaminya di ubun -ubun
Di arak dalam kotak.berwarna ungu menjadi abdi dunia semu
Semenjak bumi berontak dalam rupa dan tanda
Pendosa berjingkrak -jingkrak di atas sisa kerak membelam jiwa
Di sana di negeri peninggalan Musa
Datjal-datjal mulai berbenah menebar prahara
Di bawah sungai Efrat nan kerontang musuh mulai bermunculan
Semenjak marahari menelan embun
Bulan menghisap pasang
Bumi meraung- raung
Angin menguap panas
Api menjulur memburu lahan ,-lahan tandus
Laut menyungsangkan pasang
Semenjak tanda membusur makna
Bumi menderita dalam luka menanti duka
Lhokseumawe. 13 Maret 2024