KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Sungkeman Usai Sholat Idul Fitri: Apakah Tradisi Ini Masih Dilakukan?

11 April 2024   13:55 Diperbarui: 11 April 2024   14:00 1282 0

Sungkeman adalah tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia di momen-momen seperti Idul Fitri. Tradisi ini berupa permohonan maaf atas kesalahanan ucapan maupun tindakan yang umumnya dilakukan orang muda ke yang lebih tua dan sebaliknya. Selain untuk mempererat persaudaraan, sungkeman juga sebagai wujud rasa hormat pada orang yang lebih tua. Sungkeman biasanya dilakukan dengan mencium tangan sambil menunduk mengucapkan kata kata permohonan maaf atas apa yang telah dilakukan selama ini dengan rendah hati dan tulus sebagai bentuk pengakuan akan segala kesalahan dan harapan untuk memperbaiki diri di masa yang akan datang. Setelah itu, orangtua atau orang yang lebih tua pun memberikan doa dan ucapan maaf sebagai bentuk pengampunan.

Tradisi sungkem ini dilakukan agar tujuan puasa Ramadhan selama sebulan tercapai karena bisa menggugurkan dosa dosa untuk kembali fitri di Hari Raya. Karena dalam tradisi ini yaitu saling memaafkan satu sama lain, juga bisa memperbaiki jalinan antar saudara yang telah rusak karena beberapa hal.

Sungkeman sudah menjadi sebuah budaya yang kerap dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat Indonesia, bukan hanya suku Jawa saja. Namun seiring berjalannya waktu, kini zaman semakin modern. Beberapa orang mungkin abai dan sudah mulai melupakan tradisi sungkeman yang biasa dilakukan setiap Hari Raya. Bahkan menjadikan sungkeman hanya sekedar formalitas, bukan sesuatu yang sakral. Lalu apakah masih ada yang melakukan tradisi ini dan menganggap sungkeman adalah tradisi sakral yang dilakukan dengan khitmad?


Bantul, Yogyakarta (10 April 2024): Di tengah era digital dan serba modern ini, tradisi sungkeman masih dilakukan bagi keluarga Cipto Pawiro di Bambanglipuro, Bantul. Tradisi ini merupakan simbol penghormatan dan permohonan maaf dari anak kepada orang tua, istri kepada suami, antar sepupu dan sebaliknya. Selain itu, sungkeman juga menjadi perekat tali persaudaraan di tengah keluarga besar.

Ketiga anak Mbah Cip yang merantau ke Jakarta dan Bekasi selalu menyempatkan waktu unutuk pulang ke kampung halaman bersama cucu bahkan buyut dari Mbah Cip ini untuk melaksanakan sholat Idul Fitri dan rangkaian acara lainnya setiap tahunnya. Seluruh anggota keluarga Mbah Cip selepas Sholat Idul Fitri mereka berkumpul di rumah Mbah Cip untuk melaksanakan tradisi sungkeman yang sudah dlakukan secara turun temurun setiap tahunnya. Tradisi sungkeman diawali dengan bersalaman dan mencium tangan orang tua, dilanjutkan dengan duduk bersila di hadapan mereka. Selanjutnya menundukkan kepala dan memohon maaf atas segala kesalahan yang telah mereka lakukan selama setahun terakhir.


" Sungkeman minangka momen sakral kanggo kita sedaya. Kita tansah nindakaken saben taun sawise sholat Idul Fitri," kata Mbah Cip, anggota keluarga tertua.

"Iki minangka cara kita ngapura ning liyane kanggo kesalahan sing disengaja lan ora disengaja ingkang sampun ditindakaken. Tradisi iki ugi kangge ngurmati wong kang luwih tuwa."

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun