KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Hari Kebangkitan Nasional, Sudah Adakah Nilainya bagi Kita?

20 Mei 2020   15:32 Diperbarui: 20 Mei 2020   15:33 120 5

Hari kebangkitan Nasional tahun 2020 ini tepat 27 ramadan. Apakah artinya kebangkitan juga bagi jiwa-jiwa yang sudah jauh dari Tuhan?

Pada tahun 1908, mulai digalakkan kebangkitan secara Nasional, yang awalnya perjuangan dilaksanakan di daerah-daerah, jika pemimpin daerah mati atau ditangkap maka perjuangan terhenti hingga datangnya pemimpin lanjutan. Adapun awal mula 20 Mei menjadi hari kebangkitan Nasional adalah ditandai dengan hadirnya Budi Utomo sebagai organisasi pemuda yang didirikab oleh Dr.Wahidin Shdirohusodo, Dr.Soetomo dan mahasiswa Stovia, Gunawan mangkusumo dan soerajdi suryaningrat. Budi Utomo ini yang akhirnya menjadi pelopor lahirnya organisasi-organisasi lain, kemudian memutuskan bergabung dan melakukan perlawanan secara serentak, nasional.

Setiap tanggal 20 Mei, hari kebangkitan Nasional ini selalu diperingati dengan upacara-upacara dan berusaha meniru semangat kebangkitan, hanya saja 2020 spesial, tidak ada peringatan formalitas. Peringatan formalitas tanpa ada perenungan panjang dan mengambil nilai-nilai rasanya juga tidak berguna bukan?

112 tahun peristiwa kebangkitan Nasional itu sudah berlalu. Hari ini, kita dihadapkan pada satu masalah yang internasional, Virus Convid-19 yang sudah merebak di Indonesia. Rasanya, semangat persatuan tua, muda, agama-agama, pemuka adat, ulama, masyarakat perlu juga dipersatukan sebagaimana hari kebangkitan Nasional. Jika semua setuju untuk melakukan kebangkitan Nasional  melakukan perlawanan terhadap virus Corona, tentu ini akan berakhir. Sudah 3 bulan kita di rumah saja, apakah karena sudah ada kelonggaran itu kita malah menjadikannya sebagai kebebasan padahal penjara? Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga, gara-gara sehari berkerumun, rusak di rumah aja 3 bulan. Jika masih sehat dan waras, alangkah baiknya bersama jika tidak penting, tidak usahlah keluar. Pergilah untuk urusan yang sangat mendesak dan selalu perhatikan protokol kesehatan yang ada saat berada di luar rumah.

Pada tahun 1908, semua organisasi berjuang karena carut marut politik penjajahan. Sekarang? Kita juga berjuang dengan mahluk micro dan carut marut peraturan yang berubah setiap saat. Aku, kamu, mereka, kita memang lelah dan bosan di rumah aja. Namun, sehancur apapun kebosanan dan kelelahan karena di rumah aja itu, tetaplah waras. Usahakan tidak mengeluh, tidak mengapa orang-orang keluar rumah, kita harus waras  karena keputusan yang telag kita ambil adalah komitmen, jalani saja, hingga keadaan benar-benar kembali sebagaimana mestinya.

Selain itu, semoga moment kebangkitan nasional yang bertepatan dengan 27 Ramadan ini menjadi panggilan terhadap jiwa-jiwa yang sudah jauh dan lupa bahwa segala nikmat selama 112 tahun terjadinya kebangkitan Nasional ini adalah dari Allah. Semoga ramadan ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Akhirnya, dengan momentum ini, setiap orang punya waktu untuk merenungkan kembali arti dari kebangkitan nasional bagi kita sambil beres-beres rumah, memagang kue atau tetap di rumah saja karena lebaran sebentar lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun