Menakar Lapar Saat Puasa Dan Tidak Puasa
Malam itu tidur serasa lama dan nikmat banget. Mata yang kantuk dan Lelah terobati dan bangun langsung bugar. Meski demikian, saat melihat jam kaget ternyata sudah pukul 06:00 WIB. Astaghfirllah... Kok alarm enggak bunyi sama sekali ya? Saat melihat gawai ternyata sudah 2 alarm terlewat. Duhh... kesiangan deh! Bergegas mandi bersiap-siap berangkat kerja. Sudah jam segini enggak bakalan keburu sarapan, akhirnya langsung tancap gas ke stasiun. Satu jam kemudian, kereta yang melaju kencang telah mendarat sempurna didepan gerbang hiruk pikuk metropolitan.
Banyak jajanan dan segala jenis kuliner disajikan sekitar stasiun. Selembar uang ditukar dengan sekantong gorengan. Rasanya sudah cukup untuk sekedar memuaskan cacing-cacing pagi yang sedang keroncongan. Sampai di kantor, ternyata cerita berbeda lagi. Sekantong gorengan hanya bisa teronggok tanpa tuan karena baru sampai langsung disambut dengan berbagai problematika yang minta diselesaikan cepat diatas kata "URGENT". Ini urgent, itu urgent! Mau tidak mau harus mengalahkan kepentingan perut karena sedari pagi memang sudah banyak rencana yang berjalan salah.
Alih-alih kerjaan selesai dengan baik ternyata 2 jam berlalu malah muncul gejala baru. Rasa pusing, keliyengan, mata berkunang-kunang, keluar keringat dingin. Tanda-tanda nih, perut kosong minta dimanja dan diperhatikan. Maklum, sudah terbiasa sarapan terus enggak sarapan, efeknya kemana-mana? Curi-curi waktu secangkir teh dan gorengan mengganjal sementara. Sambil menanti sampai 2 jam lagi istirahat tiba. Kacau... memang hari itu tanpa sarapan!
Lain cerita dengan hari ketiga Bulan Ramadhan, alarm terlewat dari waktu sahur. Baru bangun jam setengah 5 pagi. Hanya kebagian menikmati seteguk air karena waktu adzan subuh sudah berkumandang. Berbekal keyakinan, puasa dijalani dengan bekerja dan ibadah lainnya. Perut keroncongan tapi masih mindfulness, ohh.. efek enggak sahur, efek puasa, efek manusiawi. Beberapa kali sambil bekerja terdengar dawai perut yang bersuara, tidak ada rasa pusing dan keluar keringat dingin. Ada 2 cara kerja yang berbeda nih dari kejadian serupa?
Subhanallah... Allah Maha merancang dan mencipta dengan segala kesempurnaan dan kuasa-Nya di dunia dan akhirat. Hanya menyoal rasa lapar dengan rentetan peristiwa persis sama, ternyata tubuh merespons dengan cara yang berbeda. Berawal dua sistem syaraf yang mengendalikan manusia yaitu Central Nervous System (CNS), merupakan sistem saraf pusat atau SSP (terdiri dari brain atau otak dan Spinal Cord (medula spinalis), selanjutnya sistem Saraf Tepi (SST) atau Peripheral Nervous System (PNS). Sistem saraf tepi terdiri dari Somatic Nervous Sistem, merupakan sistem saraf sadar (gerakan sadar) dan Autonomic Nervous System, sistem saraf tak sadar (gerakan tak sadar).
"HIPOTALAMUS" terletak di saraf pusat sebagai modulator yang mempengaruhi kinerja pusat-pusat otonom dalam batang otak dan sumsum tulang belakang. Sehingga manusia akan merasakan yang Namanya rasa lapar, haus, emosi, motivasi, dorongan seksual. Naluri/insting akan mencari makan ketika lapar, minum saat haus, marah ketika terusik dan lain-lain. Sifat refleks dari insting ini berfungsi untuk mempertahankan keberlangsungan hidup.
Ada yang Namanya Ventromedial Hipothalamus (HVM) sebagai satiety system atau pusat kenyang. Lateral Hipothalamus (HL) dinamakan pusat lapar atau feeding system. Jika dua bagian ini mengalami gangguan, ada dua hal yang terjadi HL nya rusak maka nafsu makan meningkat dan HVM yang rusak mengakibatkan anoreksia atau kehilangan nafsu makan. Selain dari 2 bagian otak itu yang terganggu, factor stress juga memberikan sumbangsih pada stimulus nafsu makan.
Didalam kata stress, tubuh merespons dengan peningkatan opioid endogenous saat "TIDAK BERPUASA". Sekresi dari neurotransmitter ini menghasilkan serotonin, katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin), opiat endogenous dan neuropeptides yang berpengaruh terhadap rasa ingin makan. Berkurangnya kadar glukosa dalam darah akan menimbulkan stress tubuh dan rasa pusing karena lapar.
Berbeda dengan puasa yang memiliki keistimewaan, Rahmat dan keberkahan. Secara bahasa puasa adalah shaum yang berarti menahan dan mencegah. Syariat Islam lebih rinci menjelaskan bahwa puasa itu menahan makan, minum dan hal yang membatalkan dari fajar sampai dengan matahari terbenam sebagai bentuk ketakwaan pada Allah.
Sigmund Freud menjelaskan dalam teori psikoanalisis manusia memiliki id (das es), ego (das ich) dan superego (das Uber ich). Didalam puasa ada sebuah keyakinan, kepercayaan, ketakwaan dan kekuatan batin. Menahan diri dari yang membatalkan merupakan ranah id/das es/naluri/insting dalam mengendalikan dorongan biologis berupa aspek keinginan menjaga keberlangsungan hidup hingga kenikmatan (pleasure principle). Dari naluri sudah ada kekuatan batin yang melekat, maka ego dan superego lebih menjaga, mencintai, berpikir positif, pantang menyerah, ikhlas dan tanpa beban.
Hebatnya otak merespons kinerja HL dan HVM dengan baik karena tuntutan naluri tidak membebani. Akhirnya pusat kenyang dan pusat lapar enggak melulu mikirin makan makan dan makan. Saat stimulus kekuatan batin meningkat segala bentuk obstacle dapat teratasi dengan baik. Apalagi yang kita sama-sama ketahui didalam Puasa Ramadhan ada pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana sabda Rasulullah "Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa sampai 700 kali". Allah SWT berfirman "kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku sendiri yang membalasnya..." (HR Muslim, An Nasai, Ad Darimi dan Al Baihaqi) Diriwayatkan oleh Bukhari, 1761 dan Muslim, 1946.
Semoga puasa kita menjadi ladang-ladang manfaat dengan buah manis yang dapat kita nikmati kini dan nanti.
Bogor Barat, 6 April 2022
Salam,
Sri Patmi