KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Sedekah Bisa Dimulai dari Nasi Bekas

8 Mei 2020   13:09 Diperbarui: 8 Mei 2020   13:07 499 23

Orang yang perekonomiannya terus menanjak terus bertambah, tapi tidak sedikit pula orang di bawah garis kemiskinan. Minat masyarakat untuk menunaikan umrah atau haji, setiap tahunnya meningkat. Bahkan sampai terjadi waiting list, karena jumlahnya melebihi kuota. Namun orang-orang yang setiap hari menahan lapar tetap masih ada.

Entah sampai kapan kondisi seperti akan berakhir. Jalan hidup memang tidak bisa diduga, tapi minimalnya kita mempersiapkan untuk tetap bisa bahagia. Kuncinya kerja keras dan jalan malas. Karena malas itu, jaraknya sangat tipis dengan kemiskinan. Orang malas tidak akan mendapatkan apa-apa dan bakal susah bahagia. Bagi mereka yang rajin bekerja, akan dimudahkan untuk mendapatkan harta.

Jadi kita harus kaya? Kok gitu sih? Bukankah kekayaan tidak menjamin kebahagiaan? Iyalah. Berusahalah jadi kaya. Bayangkan saja yang kaya saja tidak dijamin bahagia, bagaimana dengan kemiskinan, bisakah menghasilkan kebahagiaan.

Kebahagiaan memang bukan urusan si kaya dan si miskin. Cuma kalau kita kaya, ada kesempatan membantu mereka yang kurang mampu. Lagi pula siapa sih yang mau hidup miskin. Kalau kita berada posisi miskin, bagaimana mau membahagiakan orang lain. Jangan-jangan waktunya sudah habis untuk berpikir, bagaimana cara mengisi perut yang terus keroncongan.

Lantas bagaimana kalau sudah rajin berusaha, tidak malas-malasan tapi kehidupan tetap memprihatinkan? Jangan khawatir, orang yang rajin berusaha pasti akan indah pada waktunya. Justru pada orang-orang semacam itulah (rajin berusaha tapi ekonominya belum membaik) kita perlu memberikan bantuan. Jadi bantuan itu nanti akan tepat sasaran. Jangan beri bantuan kepada pemalas, yang memanfaatkan kedok kemiskinan untuk mencari belas kasihan.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun