KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

Toy Story, Belajar Arti Solidaritas yang Dihadirkan oleh Mainan

9 Mei 2020   23:00 Diperbarui: 9 Mei 2020   22:59 1798 5

Terkadang film animasi dapat menyentuh para penikmatnya. Salah satu yang terbaik adalah kisah para mainan dalam film Toy Story.

Toy Story telah hadir dalam empat sekuel. Semua sekuelnya menghadirkan kisah yanh berbeda. Namun benang merah dari semua film Toy Story berkisah tentang rasa solidaritas di antara sesama teman.

Film ini menganalogikan perasaan yang timbul dalam manusia, dalam kehidupan sehari-hari. Film yang merupakan besutan Pixar studio dan Disney sarat akan makna dan dapat dijadikan sebagai film pilihan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Film Toy Story 1 adalah kisah awal dari persahabatan mainan sheriff Woody dan action figure Buzz Lightyear. Pada saat awal Woody yang awalnya merupakan mainan kesayangan seorang anak bernama Andy, harus cemburu dengan kedatangan mainan canggih Buzz.

Namun seiring dengan banyaknya peristiwa yang mereka alami, akhirnya Woody menyadari bahwa bersahabat jauh lebih berguna daripada menyimpan kecemburuan. Peristiwa yang mengisahkan makin eratnya persahabatan Woody dan Buzz banyak dimunculkan pada Toy Story 2.

Mengacu pada pengertian solidaritas adalah rasa kebersamaan, rasa kesatuan,  rasa simpati, maka solidaritas Woody-Buzz datang dari nilai tersebut. Jika diasumsikan sebagai mahluk sosial, maka Woody dan teman mainan lainnya mempunyai satu tujuan untuk dapat membahagiakan pemiliknya.

Dalam film ini dikisahkan pula bagaimana semua mainan bahu membahu apabila temannya mengalami kesulitan misalnya dicuri oleh penjahat. Semua mainan secara sukarela mencari cara untuk menolong temannya.

Semua mainan yang ada dalam dunia mainan Woody datang dari berbagai jenis. Mulai mainan binatang, mainan canggih, mainan dari plasti ataupun dari kayu. Namun di saat rasa kesetiakawanan sudah tinggi, semua perbedaan itu bukan lagi masalah.

Rasa cemburu ataupun prasangka yang dialami oleh Woody adalah salah satu hal yang mungkin akan terjadi bila tidak ada solidaritas. Cemburu ini bahkan akan mengarah pada sifat egoisme yang bertentangan dengan nilai dari solidaritas.

Selain membahagiakan pemiliknya, rasa solidaritas di antara mainan muncul pula karena adanya kesamaan lain yaitu rasa ketakutan kehilangan. Mainan memang tidak mempunyai jangka waktu, tapi pemiliknya tentu saja terus bertumbuh dewasa. Bukan lagi seorang anak yang butuh mainan.

Rasa ketakutan kehilangan diangkat sebagai tema dalam film Toy Story 3. Dalam film ini, semua mainan merasa akan kehilangan waktunya dengan Andy. Woody yang merasa masih bagian dari hidup Andy, tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia akan ditinggalkan oleh pemiliknya.

Namun mainan pun mengajarkan pengertian tentang ikhlas. Ikhlas untuk menerima bahwa tugas mainan bagi seseorang ada batasnya. Andy sebagai pemilik lama Woody ternyata tidak serta merta membuang Woody. Dia memberikan Woody kepada pemilik baru yang bisa dia percaya.

Kita belajar dari Andy bahwa mainan pu  layak untuk diperlakukan dengan baik. Jika dianalogikan dengan kehidupan nyata, kita pun sebagai manusia sudah sepatutnya untuk memperlakukan orang lain dengan baik. Sesuai dengan prinsip solidaritas yaitu membangun kepedulian dengan orang lain.

Sebagai film terakhir Toy Story 4 bercerita tentang kisah Woody dengan pemiliknya yang baru. Disini Woody semakin dewasa dengan dapat menerima mainan lain sebagai bagian dari pemiliknya. Kita melihat bahwa Woody membangun rasa kepercayaan dengan pemiliknya.

Persahabatan tidak dibangun dalam waktu yang singkat. Ini pula yang dikisahkan dalam film Toy Story. Persahabatan membangun rasa kasih sayang, rasa percaya dan kesetiaan.

Secara keseluruhan Toy Story adalah kisah tentang mengatasa kecemburuan, pengalaman kehilangan dan juga kesetiakawanan.

Kisah ini sedemikian apiknya disajikan dalam film, bahkan pemerannya adalah mainan, seyogjyanya kita sebagai manusia dapat pula melakukannya dalam kehidupan sosial kita.

Dalam momentum bulan Ramadan kali ini, rasa solidaritas dapat ditumbuhkan melalui berbagai hal. Yang paling utama adalah berpuasa yang bertujuan untuk mengasah kepekaan sosial. Selain itu zakat yang ditujukan kepada fakir miskin bertujuan untuk memupuk rasa solidaritas dengan sesama.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun