Saling Memaafkan, Kenapa Tidak?
Takbir yang indah berkumandang.
Ramadhan kini berakhir sudah.
Esok hari kita akan bersama.
Shalat Idul Fitri berjamaah
Hatiku merasa gembira.
Salam-salaman menyambung cinta.
Memakai baju yang istimewa.
Berkumpul bersama keluarga.
Di hari fitri aku memohon maaf.
Pada Abi dan Umi atas segala khilafku.
Selama ini sering membuatmu atas segala
Bersedih karena kesalahanku.
Di hari fitri aku memohon maaf.
Padamu anakku atas segala khilafku.
Selama ini sering membuatmu
Bersedih karena kurang sabarku.
Hari Fitri segera tiba, pertanda Ramadhan akan segera berlalu. Semoga Ramadhan ini bukan Ramadhan terakhir buat kita.
Lirik lagu pada video yang diunggah Channel DNA-Adhitya di atas, menggambarkan suasana Hari Raya Idul Fitri yang penuh kebahagiaan. Suasana sebuah keluarga yang sedang merayakan Idul Fitri bersama. Mulai dari kegiatan shalat Idul Fitri berjamaah, bersalam-salaman saling memaafkan. Yang muda mohon maaf kepada yang tua, begitupun yang tua mohon maaf kepada yang muda.
Tak ada gengsi dan ego pribadi. Semua lebur dan ikhlas keluar ucapan dan tulus dari hati, untuk saling memaafkan kesalahan masing-masing. Itulah istimewanya Idul Fitri. Semua seakan sangat ringan untuk saling memaafkan. Tak ada dendam di hati.
Seharusnya suasana demikian tidak terhenti di Hari Raya Idul Fitri saja. Tapi sepanjang waktu, sebanyak 12 bulan terus menerus.
Namun kenyataannya tidak demikian. Pada bulan-bulan yang lain, kita seakan enggan meminta maaf apabila telah berbuat salah. Begitupun kita juga merasa berat untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Padahal dalam Al-Qur'an telah dijelaskan tentang bagaimana sikap yang harus diambil seorang muslim apabila saudaranya berbuat kesalahan. Seperti dijelaskan dalam Surat Ali Imran ayat 134 berikut ini,
Artinya : "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran: 134).
Tiga hal yang harus kita lakukan itu adalah menahan marah, memaafkan dan berbuat baik kepadanya.
Seperti sikap Rasulullah yang dijelaskan dalam berikut ini,
Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan," (HR Ibnu Hibban).
Betapa mulianya Al-Qur'an Kalam Allah dan hadits Nabi yang harus kita jadikan rujukan dalam bertingkah laku di dunia ini.
Di samping saling memaafkan itu sangat dianjurkan oleh agama, ternyata mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kesehatan.
Seperti dilansir dari dokter.sehat.com (29/05/2019) bahwa saling memaafkan banyak bermanfaat bagi kesehatan yaitu: menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, mengurangi permusuhan, mampu mengendalikan amarah, memperlambat detak jantung, mengurangi gejala depresi, mengurangi gejaka kecemasan dan lain-lain. Wah sangat bermanfaat ya.
Akan halnya kebiasaan bermaaf-maafan di keluargaku, hampir tak ada bedanya dengan apa yang telah disampaikan oleh teman-teman kompasianer.
Tradisi sungkeman masih melekat dan sangat baik untuk dilestarikan. Di mana sungkeman ini dilakukan kepada kedua orang tua, dimulai dari anak yang pertama sampai anak yang terakhir. Yang muda memohon maaf kepada yang lebih tua, yang lebih tua memaafkan yang muda.
Semoga kegiatan bermaaf-maafan ini terus bisa kita jalankan dan tidak hanya pada Hari Raya Idul Fitri saja, namun setiap kali berbuat kesalahan, segera minta maaf. Setiap kali dimintai maaf segeralah memaafkan.
Kalau hal ini bisa kita jalankan niscaya hubungan silaturrahmi akan semakin baik. Kalau hubungan silaturrahmi semakin baik, maka akan banyak hikmah yang kita raih. Dipanjangkan umur, dialirkan rezeki yang barokah, yang pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Dan hal ini adalah impian semua orang.
Jadi, ayo kita mulai dari diri kita sendiri, kita beri contoh anak-anak kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita. Untuk saling memaafkan. Karena tahun ini tak ada silaturrahmi fisik, maka kita manfaatkan media sosial untuk bersilaturrahmi dan saling memaafkan. Namaste.
Pada kesempatan yang baik ini pula, tak hendak aku sia-siakan, aku mengucapkan Taqabbalallahu minna mawinkum taqabbal ya karim.
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.
Siti Nazarotin
Blitar, 22 Mei 2020