KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

(15) Terima Kasih Diingatkan, Togashi: Tentang Drama dan Indonesia

6 April 2023   20:24 Diperbarui: 6 April 2023   21:27 951 1


Meski di bulan penuh berkah dan ampunan, yang namanya kepentingan,  tetap saja kepentingan. Ketika ada kesempatan dan peluang yang menguntungkan, di situ drama dimainkan, dipanggungkan. Bentengnya, disiapkan skenario pembenaran dan pembelaan.(Supartono JW.Ramadhan15.1444H.07042023)

Memasuki hari ke-15 Ibadah Ramadhan 1444 Hijriah, meski di dalam bulan suci, bulan yang penuh berkah dan ampunan, di Indonesia tetap saja terus lahir drama-drama di kehidupan nyata, yang skenario, aktor-aktris, dan sutradaranya mulai dari rakyat jelata, hingga elite partai di negeri ini. Dari temanya pun lengkap, di semua lini kehidupan.

Mau tahu drama-drama teraktual di Indonesia? Buka saja media sosial, terutama twitter dan media online yang tinggal di klik saja di smartphone kita setiap detik. Sudah begitu, dari judul-judulnya saja, saya seperti membaca iklan atau promosi produk, tetapi iklan atau promosi produk dari "drama masalah".

Bahkan yang namanya Twitter, setiap saat ada notifikasi yang masuk ke smartphone saya, semua isinya drama-drama yang bahasanya pun hanya bahasa menghasut, menambah masalah, hingga memecah belah. Herannya, para penge-twitt yang demikian, masih dibiarkan bebas berkeliaran dan terus menebar kebencian dan permusuhan. Arahnya pun sangat mudah diterka untuk kepentingan apa. Miris.

Indonesia lebih baik bermain drama

Atas kondisi tersebut, rasanya pantas dan tidak salah bila Pelatih Timnas Jepang U-20, Koichi Togashi ikut menyoroti gagalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Togashi menyampaikan keprihatinan atas dibatalkannya status tuan rumah Indonesia. Dan, menyebut sepak bola Indonesia memiliki banyak masalah dan penuh drama.

"Kita bisa lihat dari Liganya saja sudah dipenuhi dengan drama-drama, sekarang ketika persiapan sudah 99% untuk menyambut turnamen piala dunia U-20 2023 malah 99% gagal," ucap Koichi Togashi, dikutip dari akun Instagram @timnasbolaa pada 1 April 2023.

Apa yang diucapkan Togashi, hingga detik ini pun masih ramai diperbincangkan di medsos.

Togashi pun menambahkan:
"Saya pikir negara ini (Indonesia) lebih baik bermain drama saja dibandingkan sepak bola," kata Koichi Togashi.

Terima kasih Togashi. Pernyataan Anda yang mengatakan: "Saya pikir negara ini (Indonesia) lebih baik bermain drama saja dibandingkan sepak bola," Saya pikir, ada benarnya.

Pasalnya, semua masalah yang terjadi di Indonesia, pada.akhirnya ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan yang lebih besar dan kuat. Oleh kelompok-kelompok yang juga mengambil keuntungan untuk kelompoknya mereka sendiri.

Bila ada satu kelompok yang anggotanya tersandung masalah, maka kelompok tersebut akan membuat berbagai skenario demi membantu dan menyelamatkan anggotanya yang terkena masalah. Lalu, akan dicari pembenaran-pembenaran (justifikasi) sesuai versi mereka.

Bila ada anggota atau kelompok yang dirundung masalah, maka akan ada skenario pengalihan isu, agar masalah yang menimpa anggota.dan kelompoknya reda dari perhatian publik, masyarakat, dan pihak berwajib. Tetapi pada ujungnya, akhir kisahnya, hukum tetap tajam ke bawah, dan tumpul ke atas.

Begitu seterusnya drama-drama yang terjadi di Indonesia. Bagai roda yang terus berputar. Tiada pernah berhenti. Belum selesai yang satu. Dibuat masalah yang baru. Sudah begitu, ada.yang bertugas menjadi provokatornya, pemancing isunya, pemecah belahnya, penghujatnya. Lengkap peran dan pemeranannya. Terstruktur, terprogram, terukur.

Togashi berpendidikan (Sarjana)

Jujur, Indonesia, terutama para pemimpinnya dan juga rakyat yang memihak bukan kepada rakyat, wajib berterima kasih atas kritikan Togashi.

Bila Togashi sampai mengkritik yang demikian, tentu Togashi bukan sembarang Togashi, meski dalam kritikannya untuk Indonesia, statusnya dalam kondisi sebagai pelatih Timnas Jepang U-20.

Perlu masyarakat Indonesia ketahui, Koichi Togashi adalah sosok yang cukup terkenal di dunia sepak bola Jepang, terutama sebagai Pelatih kepala tim nasional Jepang di kategori usia di bawah 20 tahun.

Perjalanan kariernya juga mentereng, sebab dalam hal pendidikan, Togashi adalah seorang Sarjana.

Togashi yang lahir pada tanggal 28 Juni 1968, memulai karir sepakbolanya sejak kecil. Hingga bergabung dalam tim sepak bola di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan kemudian melanjutkan ke Universitas Kansai.

Togashi pun berhasil memenangkan Kejuaraan Sepak Bola Liga Universitas Jepang pada tahun 1990. Berikutnya, setelah lulus dari Universitas Kansai, Togashi bergabung dengan klub sepak bola Gamba Osaka sebagai Pelatih dan menjadi Pelatih kepala tim U-18 pada tahun 2007.

Karier Togashi terus menanjak. Tahun 2018, ditunjuk sebagai Pelatih kepala tim nasional U-20 Jepang. Luar biasa. Di bawah kepemimpinannya, Timnas Jepang U-20 meraih hasil yang cukup membanggakan, seperti menjadi juara keempat di Piala Dunia U-20 FIFA 2019 di Polandia.

Hal ini, dapat dijadikan teladan bagi para pelatih sepak bola di Indonesia. Sebab, berbekal pendidikan Sarjana, plus kompetensinya dalam sepak bola, Togashi dikenal sebagai Pelatih yang tekun dan disiplin dalam menangani para pemainnya, karena mempunyai visi jangka panjang dan mengutamakan pengembangan pemain muda.

Melalui program latihan dan persiapan yang ketat, Togashi juga berhasil membawa Timnas Jepang U-20, menjadi salah satu tim yang diandalkan di kawasan Asia. Lolos ke Piala Dunia U-20 2023, yang batal di helat di Indonesia.

Sekali lagi terima kasih Togashi. Saya setuju dengan pernyataan Anda untuk situasi saat ini,

"Saya pikir negara ini (Indonesia) lebih baik bermain drama saja dibandingkan sepak bola."

Sepak bola nyatanya tetap menjadi alat dan kendaraan partai politik di Indonesia. Jadi, drama-drama yang dibuat oleh pelaku (baca: partai politik dan elite partainya), sepertinya memang bukan drama yang kebetulan. Tetapi sudah diskenario dengan matang.

Luar biasa, meski di bulan penuh berkah dan ampunan, yang namanya kepentingan, ya tetap saja kepentingan. Ketika  ada kesempatan dan peluang yang menguntungkan, di situ drama dimainkan, dipanggungkan. Bentengnya, disiapkan skenario pembenaran dan pembelaan.

Semoga, saya, kita, terus dapat terhindar dan menghindari drama kehidupan yang merugikan diri dan orang lain. Hidup dengan realistis, tidak berdrama atau bersinetron ria. Menjadi manusia yang pintar dan jujur. Aamiin.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun