KOMENTAR
RAMADAN Pilihan

(24) Remedial Diri: Perilaku di Kehidupan Nyata, Fitur Centang WA, dan Menjadi Anggota Grup WA

15 April 2023   08:37 Diperbarui: 15 April 2023   14:31 1529 4


Saat manusia sudah lulus dari bangku sekolah atau kuliah, media sosial (medsos) terutama WhatsApp (WA), Grup WA, dan Twitter adalah satu di antara sarana vital berkomunikasi di kehidupan nyata untuk mengukur dan menilai apakah seseorang sudah menjadi mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial yang terdidik dengan benar dan baik? Apakah seseorang cerdas intelegensi (otak) dan personality (kepribadian)?(Supartono JW.Ramadan24.1444H.15042023)

Bukan hanya umat Islam yang mengetahui bahwa Sabtu (15/4/2023) adalah hari ke-24 Ibadah Ramadan 1444 Hijriah. Namun, bagi seluruh umat beragama tentu turut kebagian rezeki di bulan Ramadan ini dengan caranya masing-masing, terutama yang mata pencahariannya terkait erat dengan budaya Ramadan hingga Idul Fitra.

Di hari ke-24 ini, sama dengan hari ke-1 s.d. ke-23, setiap kali saya memutuskan untuk mengangkat satu potret, hal apa terkait kehidupan nyata bulan Ramadan di Indonesia, untuk ditulis menjadi satu artikel yang ditayangkan dalam Tebar Hikmah Ramadan (THR), pada akhirnya, saya tidak pernah kesulitan dalam memutuskan mana persoalan/masalah/hal yang membanggakan/kisah keteladan dll yang terjadi di Indonesia sebagai prioritas yang saya pilih.

Yang pasti, seperti di Ramadan tahun-tahun sebelumnya, Ramadan 1444 Hijriah ini, dalam kolom THR, saya pancangkan niat menulis satu artikel setiap hari. Dari potret kehidupan Ramadan yang paling membahagiakan/meresahkan di pikiran dan hati saya. Tema besarnya adalah TAHU DIRI. TAHU DIRI, menjadi cermin bagi kehidupan nyata saya pribadi. Bila kemudian menjadi maslahat bagi orang lain/pihak lain, alhamdulillah.

Namun, bila porter kehidupan nyata di Ramadan 1444 Hijriah yang saya tulis menjadi mudarat, mohon maaf. Dan, tolong diabaikan.

Keresahan di hari ke-24

Khusus di hari ke-24 ini, saya memotret keresahan saya terutama atas perilaku orang-orang yang menggunakan media sosial, khususnya WhatsApp (WA) dan Twitter.

Meski Ramadan sudah memasuki hari ke-24, hingga detik ini, masih ada pengguna twitter di Republik ini, yang dijadikan sarana untuk mencari nafkah dengan twitter sebagai kendaraannya dengan cara barbar, tidak beradab. Padahal menunya menebar permusuhan, memecah belah bangsa, menjatuhkan salah satu pihak, meninggikan salah satu pihak, yang skenario dan penyutradaraannya sangat mudah di baca arahnya ke mana.

Saya menyebut, para pelaku yang mencari nafkah menggunakan twitter ini sepertinya memang sudah tidak masuk ke dalam golongan manusia sebagai mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial. Sangat rendah rapor spiritualnya, emosional, dan intelektualnya.

Namun, stakeholder terkait pun sama, seperti sudah tidak masuk ke dalam golongan manusia sebagai mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial. Sebab membiarkan kondisi ini terus berlangsung di negeri ini. Dan, maaf. Siapa yang tidak paham bahwa ini adalah skenario usang di tahun politik sebelumnya. Tetap menjadi senjata andalan bagi yang berkepentingan dalam menuju tahun politik 2024.

Tidak peduli lagi bahwa mereka adalah manusia-manusia yang seharusnya sebagai mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial yang spiritualnya, emosional, dan intelektualnya tidak rendah.

Tetapi kehidupan duniawi, kursi tahta, kedudukan, kekuasaan tetap prioritas dalam hidupnya. Padahal, saat meninggal, apakah semua itu akan di bawa? Hanya kain kafan yang membungkus jasad kita nanti, masuk ke liang kubur dan amalan benar dan baik kita di dunia untuk dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.

Perilaku menggunakan WA

Atas keteladan bermedia sosial khususnya twitter yang saya sebut masih barbar dari individu yang dijadikan ujung tombak kepentingan pihak tertentu, masyarakat Indonesia pun ikut-ikutan gagal mempraktikkan dirinya dalam kehidupan nyata, yang dapat dinilai rapornya dalam menggunakan medsos bernama WA baik saat menggunakan WA secara pribadi sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain. Mau pun saat menjadi anggota Grup WA.

Sebagai pengguna WA pribadi, bila diukur dari sudut manusia sebagai mahkluk individu, mahkluk beragama, mahkluk berbudaya, dan mahkluk sosial. Lalu, apakah cerdas spiritualnya, emosional, dan intelektualnya, mudah diidentifikasi.

Semisal, apakah fitur WAnya menggunakan centang biru atau tidak. Apakah cepat merespon saat di chat atau di telepon. Bagaimana bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi baik dalam chat atau telepon atau bagaimana bahasa tubuhnya saat video call (VC), apakah sesuai dengan situasi, kondisi, tema, kebutuhan, dll.

Sementara, saat menjadi anggota Grup WA. terlebih sekarang sudah menjadi sarana komunikasi paling efektif bagi manusia untuk memudahkan dalam hubungan pekerjaan, kekeluargaan, perkumpulan, kemasyarakatan, dll.

Banyak anggota Grup yang bisa dikatakan sudah mati pikiran dan mati hati. Tidak peduli dan tidak tahu malu, tidak tahu diri, karena berada di Grup WA, yang bersangkutan ternyata tidak menghargai, tidak menghormati, tidak merespon/tidak mendukung/tidak mengkritik/tidak memberi masukan/saran dll.

Tidak peduli apa yang sedang dibicarakan dalam Grup yang sangat penting. Padahal, ada ikrar atau perjanjian awal di setiap Grup WA yang dibuat. Apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan lainnya, hingga Grup WA dibuat.

Sebagai contoh, ada Grup WA yang dibuat, lalu dijelaskan apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan kepentingan Grup WA tersebut dibuat, hingga saya setuju masuk ke dalam Grup tersebut.

Atau saya sendiri yang membuat Grup WA dan menjadi admin Grup, saat memasukan anggota pun, saya menjelaskan apa latar belakang, tujuan, sasaran, dan kepentingan Grup WA saya buat.

Sebab, saat seseorang setuju namanya masuk dan menjadi bagian dari Grup WA, maka harus siap menjadi bagian Grup yang "aktif" merespon apa pun informasi dan komunikasi yang disampaikan di dalam Grup.

Maksud aktif di sini, setiap saat mengikuti perkembangan Grup, apa pun informasi dan komunikasi yang disampaikan oleh admin atau anggota di respon. Respon di antaranya, langsung melihat dan membaca informasi.

Bila di dalam Grup tidak dibutuhkan anggota wajib merespon secara tulisan/pernyataan. Minimal, anggota tahu apa yang terjadi dan apa perkembangannya di dalam Grup. Namun, bila dibutuhkan dan diwajibkan anggota merespon dengan menulis atau membuat pernyataan dll, maka sebagai anggota, wajib melakukannya.

Karenanya, sebagai anggota Grup WA, saya pun aktif bukan hanya membaca informasi di dalam Grup, tetapi aktif ikut memberikan informasi, masukan, pernyataan, dll, dengan sigap dalam merespon.

Namun, karena begitu banyaknya Grup WA yang saya menjadi anggota di dalamnya, ada beberapa Grup WA yang saya minta izin ke admin Grup, bahwa saya setiap saat mengikuti perkembangan Grup, tetapi saya tidak aktif menulis atau memberi pernyataan, menanggapi atau ikut menge-share sesuatu dll. Bila ada yang ingin saya sampaikan untuk kepentingan Grup, saya sampaikan melalui jaringan pribadi (japri) ke admin Grup.

Ini tidak mengurangi tanggungjawab saya yang telah setuju ada di dalam Grup WA bersangkutan. Dan ingat, siapa pun yang menulis/share sesuatu dalam Grup, pasti yang menulis/share dapat mengintip siapa anggota Grup yang merespon dan peduli, melihat informasi/share yang ditulis/dibagikan. Meski tidak merespon menulis/menanggapi.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun