KOMENTAR
RAMADAN

1445 H (10) Memanen, Berkah Merawat "Tanaman"

20 Maret 2024   00:08 Diperbarui: 20 Maret 2024   00:18 629 0

(1) Agar menang dalam kompetisi, gunakan cara yang benar dan baik. Bukan cara haram dan tidak halal. Harus sportif dan fair play. Maka, berkah dan amanah.(2) Segala jenis tanaman, bibit unggul atau bukan, bila ditanam, dirawat, disiram, dan dipupuk dengan benar dan baik, akan dapat dipanen.
(Supartono JW.20032024)


Semoga yang saya ulas ini, hanya sekadar rekaan. Bukan fakta. Sehingga, di dalam bulan yang penuh berkah dan ampunan. Di fase Rahmat, hari terakhir, benar-benar terpilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang proses terpilihnya benar dan baik. Halal dan amanah. Sehingga akan membawa kemaslahatan untuk bangsa dan negara ini.

Rakyat tidak lagi bergelimang kebodohan, kemiskinan, dan penderitaan. Aamiin. Aamiin. Aamiin.

Ujungnya?

Pesta demokrasi Indonesia, bila tidak ada hal yang "mengganggu" Rabu (20/3/2024) sampai pada ujungnya. Panitia Pemilu  mengumumkan siapa pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029.

Meski setelahnya akan ada upaya banding pihak yang "dikalahkan" ke MK, banyak pihak yang meragukan MK akan mengabulkan gugatan kecurangan Pemilu, bila melihat pola-pola dan sejarah yang ada.

Selain itu, sebenarnya ada pihak  yang sangat meyakini bahwa Pemilu 2024 memang sudah diskenario dengan sangat terstruktur, tersistem, dan masif (TSM). Tujuannya apa? Untuk menyelamatkan proses yang sudah dicapai dalam dua periode pemerintahan 2014 dan 2019.

Terutama tentang IKN yang memang sudah menjadi pertaruhan Presiden Jokowi yang mau mencetak sejarah. Presiden yang namanya tercatat berhasil memindahkan Ibu Kota RI. Sudah didukung berbagai pihak, dari dalam dan luar negeri, termasuk para pemodal/cukong yang juga mudah ditebak mereka siapa.

Jadi, sejatinya Pilpres 2024 itu hanya soal, bagaimana caranya paslon Capres-Cawapres No. Urut 1 dikalahkan, dan jangan sampai masuk Pemilu dua putaran.

Menanam, maka memetik

Banyak pihak yang berpendapat bahwa caranya hanya satu, Capres-Cawapres No. 2 wajib langsung mendapat suara di atas 51 persen. Bagaimana cara untuk mendapat suara di atas 51 persen, perjuangannya sangat berat. Dari hulu ke hilir semua bergerak. Artinya, cara mengalahkan Paslon No. Urut 1 harus dengan jalan TSM. Sejak awal dan prosesnya.

Sebab, ibarat petani, menanam maka memetik. Perjuangan denganTSM itu adalah bagian dari menanam. Sementara tanggal 4 Februari 2024, tinggal memanen suara rakyat yang sudah dirawat, disiram, dipupuk.

Analoginya, mustahil tanaman yang ditanam, dirawat, dan dipupuk tidak menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen. Meski bibitnya tidak unggul, tetapi karena dirawat, disiram, dan dipupuk, tetap akan hidup dan menghasilkan "buah" (baca: suara coblosan).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan TSM itu adalah seperti petani yang merawat, menyiram, dan memupuk tanaman.

Bedanya, petani merawatnya seperti apa? Menyiramnya dengan air apa? Dan, memupuknya dengan pupuk apa? Semua modal, harus diusahakan sendiri oleh si petani. Bagaimana dengan Pemilu yang TSM? Dari mana modal untuk merawat, menyiram, dan memupuk tanaman (baca: suara rakyat)?

Dan wajib berhasil, karena tanaman (rakyat) harus dikuasai, agar tidak diambil petani lain, Paslon lain.

Kekuatan bersatu di balik layar

Atas logika dan analisis bagaimana Pilpres 2024 jangan sampai dimenangkan oleh Paslon No. Urut 1, dengan analogi tanaman yang dirawat petani, maka ada Paslon yang wajib dikorbankan dengan cara menerabas etika dan moral, agar gabungan suara Paslon 1 dan 3 tidak sampai 51 persen.

Sampai di sini sepertinya logis. Masuk akal skenario itu. Meski yang nampak dan keliatan seperti ada pengkhianat. Tetapi apakah rakyat tahu, di balik itu ada kekuatan yang bersatu di balik layar demi Paslon 1 tersingkir.

Tahukah, bila Paslon 1 sampai menang, maka akan ada "kiamat" bagi pihak yang sudah menaruh harapan dan modal. Jadi, sepertinya, ada skenario pemecah agar Paslon tetap 3. Agar suara Paslon 1 mudah digembosi dengan bantuan suara Paslon lain yang kecil.

Luar biasa bukan? Sepertinya, Pemilu (baca: Pilpres) 2024 itu hanya perjuangan bagaimana menyingkirkan atau mengalahkan Paslon 1. Mencegah Paslon 1 jangan sampai berkuasa. Karena, bila Paslon 1 sampai berkuasa, saya bilang ada kiamat bagi "mereka".

Lahan korupsi tertutup. Koruptor ditangkapi. Kasus HAM ditegakkan. Bancakan uang rakyat menjadi barang langka. Pihak-pihak yang tersangkut TSM terciduk. Sampai IKN pun bisa batal.

Luar biasa. Pemilu sama dengan kompetisi. Mau jadi juara, mau jadi pemenang harus ada modal. Harus ada bandarnya. Harus ada pola TSMnya. Siapa pun yang akan mengganggu, menggagalkan pesta pora bancakan jabatan, kedudukan, kekuasaan, uang, wajib disingkirkan. Kejam, jahat.

Sekali lagi, semoga yang saya ulas itu, hanya sekadar rekaan. Bukan fakta. Sehingga, di dalam bulan yang penuh berkah dan ampunan ini. Di fase Rahmat hari terakhir, benar-benar terpilih Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang proses terpilihnya benar dan baik. Halal dan amanah. Sehingga akan membawa kemaslahatan untuk bangsa dan negara ini.

Pengingat: Segala jenis tanaman, bibit unggul atau bukan, bila ditanam, dirawat, disiram, dan dipupuk dengan benar dan baik, akan dapat dipanen.

Jadi, bagaimana pun caranya, memanen tetaplah berkah dari merawat "tanaman". Berkah adalah karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.

KEMBALI KE ARTIKEL


Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Laporkan Konten
Laporkan Akun