Melatih Diri seperti Batu Karang
Bismillahiraahmanirrahiim.
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan RahmatNya kepada kita semua.
Ramadan kali ini, menjadi istimewa. Makna berpuasa, tak lagi menahan dari lapar, haus juga segala hal yang membatalkan puasa.
Namun, kita diuji dengan wabah corona. Virus mematikan, yang mempengaruhi nyaris semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Situasi saat ini, memaksa orang-orang untuk kembali mengukur kekuatan dan kesabaran diri sendiri.
Ada orang yang merasa diri mereka seperti terjebak dalam perang dunia.
Merasa marah dengan kebijakan yang diambil pemimpin mereka, merasa gusar dengan harga-harga di pasar yang tak terduga. Atau merasa paling menderita dengan berita juga cerita yang didengar dan dibaca.
Mereka merasa terlibat dalam semua peristiwa, larut dalam semua suasana. Namun tak melakukan apa-apa. Kecuali berbaring di tempat tidur, berusaha berdamai dengan tekanan darah yang semakin tinggi.
Ada juga orang-orang yang tak peduli dengan situasi. Hidup harus diisi dengan perjuangan agar tak menemukan kematian dini.
Hingga mengabaikan kebenaran-kebenaran yang ditemui. Menafikan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Bahkan, merasa diri lebih hebat dan lebih pintar dari para ahli. Padahal, sesungguhnya mereka memelihara keegoisan diri sendiri.
Namun, ada juga orang-orang yang bersungguh-sungguh dengan sepenuh hati. Mengurai jalan keluar dari situasi dan kondisi saat ini.
Para pemimpin, yang berbuat dengan kekuasaannya, tenaga medis yang bergerak dengan keahliannya, juga aparat keamanan melakukan tugas dan fungsinya.
Tak hanya tentang waktu, pikiran dan tenaga, namun juga harta bahkan nyawa mereka.
Masih ada tenaga sukarelawan dengan aksi sosial yang luarbiasa. Bergerak, berbuat san melakukan kebaikan demi kebaikan tanpa diminta.
Satu pertanyaan tersisa. Kita termasuk orang-orang di barisan mana?
Akankah menjadi orang-orang yang seperti bunga karang? Menyerap semua sengkarut dan kasak kusuk, termakan hal-hal kecil dan terguncang dengan semua peristiwa yang terjadi?
Atau seperti perahu yang terombang-ambing di lautan? Merasa paling berani berlayar sendiri, namun tanpa tujuan? Atau sesungguhnya adalah pengecut yang membunuh dirinya berulang kali, dengan keinginan dan impian yang masih di dalam kepala.
Ramadan ini, menjadi momentum yang tepat melatih diri menjadi seperti batu karang. Menancapkan ketajaman pikiran serta kendali emosi dengan syaraf-syaraf yang lapang. Sehingga mengerti, apa yang harus dilakukan.
Perjalanan akhir ramadan akan penuh perjuangan, mungkin juga pengorbanan. Hingga Idul fitri nanti, kita semua meraih kemenangan.
Bukan kemenangan sendiri. Tapi kemenangan dalam bingkai kebersamaan!
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau" (QS. Ali Imran : 191)
Fastabiqul khairaat!
Wassalamu'alaikum, Warahmatullahi Wa barakatuh.
Curup, 17.05.2020
zaldychan
[Ditulis untuk Kompasiana]