Diet Sampah Saat Ramadan: Simpel, Hemat, Berkah!
Saat bulan Ramadan, kalau beli takjil di luar, kamu lebih sering minta dibungkus atau bawa wadah sendiri?
Coba perhatikan, berapa banyak sampah yang kita hasilkan setiap harinya selama bulan puasa. Dari plastik kemasan takjil, sisa makanan yang tak habis dimakan, hingga kantong plastik yang menumpuk di sudut dapur. Ironisnya, bulan yang seharusnya mengajarkan kita hidup sederhana justru sering membuat kita lebih boros---terutama dalam hal makanan dan kemasan sekali pakai.
Padahal, Ramadan bisa menjadi kesempatan emas untuk lebih peduli pada lingkungan. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, kita juga bisa mulai berpuasa dari kebiasaan buruk yang berdampak buruk bagi bumi. Mari mulai diet sampah! Langkah kecil ini bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan, dan yang terpenting, kita bisa memulainya dari diri sendiri dan keluarga. Ramadan ini bisa menjadi awal dari kebiasaan baik yang akan terus kita lakukan seterusnya.
Masak dan Ambil Makanan Secukupnya
Saya hanya memasak secukupnya untuk porsi tiga orang, baik saat berbuka maupun sahur. Kalau si sulung pulang, barulah porsinya saya tambah sedikit. Tidak lapar mata dalam menyajikan makanan itu penting, karena sering kali keinginan menyajikan banyak ragam makanan hanya dorongan sesaat saja.
Cobalah mulai dengan porsi kecil dulu. Jika masih lapar, barulah tambah lagi. Selain itu, saya biasanya bertanya pada anak-anak, "Nanti sahur mau makan nasi atau tidak?" Kalau jawabannya tidak, nasi sisa berbuka saya simpan di freezer untuk sahur esok hari. Dengan begitu, tidak ada makanan yang terbuang sia-sia, dan kita pun lebih menghargai rezeki.
Bawa Wadah dan Tumbler Sendiri
Belanja takjil sore hari memang menggoda, aroma gorengan, kolak, dan aneka minuman segar sulit ditolak. Tapi bayangkan, setiap kali kita membeli, pasti ada kantong plastik, wadah styrofoam, atau sedotan sekali pakai yang langsung berakhir di tempat sampah. Kalau setiap orang menghasilkan sampah ini setiap hari selama Ramadan, bisa dibayangkan betapa banyaknya limbah yang kita ciptakan?
Saya pribadi selalu membawa wadah sendiri saat membeli takjil. Terkadang penjual terkejut, tapi mereka biasanya dengan senang hati mengisi wadah yang saya bawa. Minuman pun saya bawa pulang menggunakan tumbler sendiri, sehingga tidak perlu gelas plastik atau sedotan. Mungkin awalnya agak ribet, tapi kalau sudah terbiasa, rasanya malah lebih nyaman.
Pilih Takjil dan Makanan yang Tidak Banyak Sampah Kemasan
Di pasar Ramadan, banyak penjual yang masih menggunakan plastik atau styrofoam sebagai kemasan. Jika ingin berkontribusi dalam diet sampah, kita bisa memilih untuk membeli dari pedagang yang menggunakan kemasan ramah lingkungan atau bahkan tanpa kemasan plastik sama sekali.
Misalnya, lebih memilih es buah yang disajikan dalam wadah stainless daripada dalam gelas plastik. Atau membeli kue tradisional yang dibungkus dengan daun pisang, bukan plastik. Hal sederhana seperti ini bisa mengurangi sampah secara signifikan jika dilakukan oleh banyak orang.
Ramadan Lebih Berkah dengan Kebiasaan Ramah Lingkungan
Mengurangi sampah saat Ramadan bukan hanya tentang menjaga kebersihan, tetapi juga tentang kesadaran dan tanggung jawab kita terhadap lingkungan. Ketika kita lebih bijak dalam mengelola makanan, membawa wadah sendiri, dan memilih kemasan ramah lingkungan, kita sedang melakukan puasa yang lebih bermakna---puasa dari perilaku boros dan tidak peduli terhadap bumi.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY TOPIC
Gadai Peduli Solusi Keuangan Masyarakat
Kasih Bocoran Outfit Lebaran
MYSTERY CHALLENGE
Instagram Reels
Reportase Kondisi Pasar Jelang Lebaran
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.
Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025