Tulisan U
Tulisan U Wiraswasta

Tenang adalah solusi terbaik.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sisi Gelap Menuju Hari Raya Idul Fitri

28 Maret 2025   11:05 Diperbarui: 28 Maret 2025   11:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisi Gelap Menuju Hari Raya Idul Fitri
Sumber foto pribadi menuju pulang

Pada hari ini aku menyiapkan beberapa untuk menyambut hari raya idul Fitri salah satunya dengan mempersiapkan korden Kramat yang hanya 1 tahun dikeluarkan khusus buat menyambut hari raya idul Fitri dan toples-toples yang lama, sejujurnya aku merasa aneh apakah ini tradisi budaya atau untuk peremajaan barang saja, tapi ya sudahlah biarlah namanya juga orang tua dulu mungkin itu salah satu dari tradisi mereka dari zaman ke zaman. Terus kami pergi ke pasar untuk membeli beberapa kebutuhan mendatang dari makanan, dan bumbu dapur untuk bersiap memasak menyambut hari raya idul Fitri.

Tahu ga kalean ternyata membantu pekerjaan rumah itu menyenangkan kukira membosankan karena kayak gitu-gitu aja mending healing, kerja kalo nggak ngegame, ya ga sih gaes.

Dari mulai memasang korden Kramat, toples kaca Kramat dan taplak meja yang Kramat bagus dengan khas batik Jawa. Sebenarnya barang barang tersebut masih bagus cuma Kena debu dilemari. Tapi gimana lagi namanya juga disuruh gaes.

Terus kita juga diajak orang tua ke swalayan untuk memilih baju dan celana maupun sandal dan sepatu untuk digunakan saat lebaran.

Yah padahal bajuku aja masih banyak, tapi karena adikku yang perempuan memang Suka belanja baju padahal baju dilemari banyak sekali minta ampun aku heran sama nih anak hidupnya belanja baju terus katanya terobsesi dengan video yang adu outfit atau flexing. Aku udah bilang ke dia jangan ngikutin tren kamu ga akan puas. Tapi di tetep teguh dengan prinsipnya " kita harus terus update" gila emang adikku satu ini ngabisin duit orang tua saja.

Terus sehabis dari swalayan kita mampir ke makam kakek  yang sudah meninggal untuk mendoakan agar bahagia diakhirat. Dan mentaburkan bunga yang dibeli dari pada ke makam kakek. Tradisi ini memang sudah ada sejak dulu aku masih kecil hingga sampai saat ini. Tapi aku tidak suka karena lebih menyenangkan main, healing, apalah yang penting happy bukan kegiatan formal kayak demikian membosankan. Ya sudahlah ga papa nurut orang tua aja biar Mereka ngasih uang jajan terus wkwk.

Setelah dari makam kami melanjutkan perjalanan pulang menuju tidur dan menunggu buka puasa. Jan lupa Jum'atan gaes bagi kalean yang menjalankan.

See you gaes.

Happy Ramadhan.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun