Medi Juniansyah
Medi Juniansyah Penulis

Master of Islamic Religious Education - Writer - Educator - Organizer

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memanfaatkan Ramadan untuk Self-Healing dan Ketenangan Batin

7 Maret 2025   08:54 Diperbarui: 11 Maret 2025   23:59 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memanfaatkan Ramadan untuk Self-Healing dan Ketenangan Batin
Ilustrasi: Ketenangan puasa. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Dengan menahan diri dari kepuasan instan, seseorang diberikan kesempatan untuk mendekonstruksi pola pikir konsumtif dan mereorientasikan kebutuhannya pada aspek yang lebih esensial.

Keheningan yang ditawarkan oleh Ramadan, terutama dalam ibadah malam seperti qiyamul lail, menjadi wahana untuk mengakses dimensi transendental yang sering kali terabaikan dalam keseharian.

Penelitian dalam bidang neurosains spiritual menunjukkan bahwa praktik ibadah yang dilakukan secara berulang dan konsisten selama Ramadan dapat meningkatkan kadar neurotransmiter yang berkaitan dengan kesejahteraan mental, seperti serotonin dan dopamin.

Hal ini menjelaskan mengapa banyak individu yang merasakan ketenangan dan kebahagiaan yang lebih mendalam selama Ramadan dibandingkan bulan lainnya.

Selain itu, pengurangan konsumsi berlebihan serta peningkatan kualitas tidur selama Ramadan juga berkontribusi pada peningkatan regulasi emosi dan penurunan tingkat stres.

Kesederhanaan sebagai Paradigma Ketenangan Batin

Ilustrasi Self-Healing dan Ketenangan Batin - Sumber Gambar: istockphoto.com
Ilustrasi Self-Healing dan Ketenangan Batin - Sumber Gambar: istockphoto.com

Dalam filsafat eksistensial dan etika Islam, kesederhanaan bukanlah sekadar praktik hidup, tetapi sebuah paradigma yang membentuk cara individu memahami makna kebahagiaan dan ketenangan batin.

Ramadan menghadirkan pengalaman empiris tentang bagaimana manusia dapat menemukan kepuasan yang lebih mendalam melalui kesederhanaan.

Dengan membatasi konsumsi dan memperbanyak refleksi, individu berlatih untuk menginternalisasi nilai zuhud, yakni sikap tidak terikat pada kepemilikan materi yang bersifat sementara.

Selain itu, kesederhanaan dalam Ramadan juga memiliki implikasi sosial yang signifikan. Dengan mengalami keterbatasan secara sukarela, seseorang lebih mampu memahami realitas kehidupan kelompok marginal yang kesehariannya diwarnai oleh kelangkaan sumber daya.

Kesadaran ini, dalam banyak kasus, berkontribusi pada peningkatan empati sosial dan perilaku altruisme, yang pada akhirnya memperkuat dimensi spiritual dari self-healing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Content Competition Selengkapnya

12 Mar 2025
SEDANG BERLANGSUNG

MYSTERY CHALLENGE

Mystery Challenge 2
blog competition  ramadan bercerita 2025  ramadan bercerita 2025 hari 10 
13 Mar 2025
Ramadan dan Kesehatan Mental
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 11
14 Mar 2025
Diet Sampah Saat Ramadan
blog competition ramadan bercerita 2025 ramadan bercerita 2025 hari 12
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Cara Seru Nunggu Bedug di Ketemu Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun