Merza Gamal
Merza Gamal Konsultan

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Aghi Ghayo Onam: Tradisi Lebaran Sesudah Puasa Enam Hari Syawal di Riau

30 April 2023   19:03 Diperbarui: 30 April 2023   20:13 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aghi Ghayo Onam: Tradisi Lebaran Sesudah Puasa Enam Hari Syawal di Riau
Image by Merza Gamal from IG Drs.H. Syamsuar, MSi

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya dan tradisi yang unik. Salah satu tradisi yang turun-temurun dan masih dilestarikan hingga saat ini adalah Perayaan Aghi Ghayo Onam di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. 

Tradisi ini sempat terhenti saat pandemi Covid-19, namun tahun ini diselengaa\rakan lagi. Beberapa daerah menyelengarakannya hari Sabtu, 29 April 2023 kemarin, seperti di Desa Muara Uwai, Bangkinang, Kabupaten Kampar yang juga dihadiri oleh Gubernur Riau. Sementara sebagian daerah lain, menyelengarakannya hari ini, Ahad 30 April 2023.

Aghi Ghayo Onam merupakan perayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Kampar, Riau setelah berpuasa enam hari usai Idul Fitri atau 1 Syawal. Perayaan ini juga dikenal dengan sebutan Hari Rayo Anam di Kabupaten Kuantan Singingi atau Aghi Ghayo Zorah di Kabupaten Siak. Dalam perayaan ini, masyarakat setempat akan melakukan ziarah kubur sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan orang-orang yang telah meninggal dunia.

Perayaan Aghi Ghayo Onam diawali dengan ziarah kubur secara berkelompok yang jumlahnya mencapai ratusan orang dari masing-masing kaum setelah selesai melakukan puasa enam di bulan Syawal. 

Pergerakan masyarakat secara bersama-sama dilakukan setelah Salat Subuh berjemaah hingga menjelang masuknya waktu Sholat Zuhur. Kegiatan ziarah kubur ini membuat suasana kampung menjadi begitu sangat ramai. Masyarakat setempat melakukan ziarah dan berdoa bersama keluarga, dan kaum ibu akan membawa dulang yang berisikan makanan untuk berkumpul kembali di masjid atau di sebuah lapangan.

Setiap rumah membawa bekal dengan talam ke acara perayaan Aghi Ghayo Onam. Di dalam talam berisikan berbagai macam makanan dihidangkan kepada masyarakat yang hadir, mulai dari anak-anak hingga tokoh masyarakat dan para perantau. Dan, juga mereka melakukan makan bajamba (makan bersama-sama dari satu dulang). Puncaknya, warga yang berkumpul melakukan tahlil dan zikir bersama yang mereka namakan Ratik Tagak atau tahlilan sambil berdiri.

Image by Merza Gamal from Cakaplah.com
Image by Merza Gamal from Cakaplah.com

Selain ziarah kubur, terdapat pula berbagai kegiatan lain yang dilakukan dalam perayaan Aghi Ghayo Onam seperti pawai, berbagai perlombaan, dan juga pembagian bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat setempat juga akan memakai pakaian adat yang khas untuk merayakan perayaan ini.

Ratusan bahkan ribuan orang akan dijumpai di jalanan di sepanjang kampung. Belum lagi masyarakat dari luar atau para karib kerabat masyarakat yang ingin sekedar menyaksikan tradisi unik ini dan bahkan ikut merayakan tradisi ziarah kubur dan melakukan kegiatan ziarah kubur dan silaturahmi di kampung itu membuat suasana benar-benar menjadi ramai.

Momen perjumpaan di jalanan ini juga dimanfaatkan masyarakat untuk saling bermaaf-maafan yang disertai salam-salaman dan berbincang tentang apa saja ketika dalam perjalananan dengan berjalan kaki tersebut.

Setelah mendoakan arwah yang telah meninggal dunia, pergerakan masyarakat kembali terlihat menuju tempat ibadah baik di masjid atau mushalah guna melaksanakan shalat Zuhur berjemaah dan makan siang bersama. Setelah itu masyarakat kembali ke rumah masing-masing guna menyambut tamu atau berkunjung dari rumah sanak keluarga yang satu ke rumah sanak keluarga atau kerabat yang lainnya.

Image by Merza Gamal from WAG PPHI Riau
Image by Merza Gamal from WAG PPHI Riau

Perayaan Aghi Ghayo Onam tidak hanya menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dan memperkuat kebersamaan antarwarga dalam masyarakat setempat, tetapi juga dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang menarik bagi wisatawan yang ingin mempelajari dan mengenal budaya masyarakat Riau.

Perayaan Aghi Ghayo Onam juga menunjukkan betapa pentingnya keberagaman budaya dalam memperkaya kehidupan dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat. Dengan dilestarikan dan terus dijaga, tradisi ini akan menjadi warisan budaya yang berharga bagi Indonesia dan dunia. Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat serta dapat menarik minat wisatawan untuk mengenal keberagaman budaya Indonesia.

Beberapa daerah di Indonesia juga memiliki tradisi yang mirip dengan Aghi Ghayo Onam di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, antara lain Lebaran Ketupat di Jawa, Lebaran Tupatan di Tanah Sunda, dan Hari Rayo Anam di Minangkabau, khususnya di Luhak nan Tigo.

Lebaran Ketupat merupakan tradisi lebaran setelah enam hari puasa sunah syawal yang dilakukan oleh masyarakat Jawa. Pada hari ke enam, masyarakat Jawa akan memasak ketupat, yaitu makanan yang terbuat dari nasi yang dimasak dalam anyaman daun kelapa. Ketupat kemudian dihidangkan bersama dengan opor ayam atau sayur lodeh dan rendang.

Lebaran Tupatan merupakan tradisi lebaran setelah enam hari puasa sunah syawal yang dilakukan oleh masyarakat Sunda di Jawa Barat. Pada perayaan ini, masyarakat Sunda akan memasak nasi tutuk, yaitu nasi yang dimasak dengan bumbu dan dihias dengan lauk pauk seperti ayam goreng, ikan, dan sayuran. Masyarakat Sunda juga akan melakukan ziarah ke makam leluhur sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur.

Pada masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, khususnya di Luhak nan Tigo, Hari Rayo Anam merupakan tradisi lebaran setelah enam hari puasa sunah syawal. Pada perayaan ini, masyarakat di beberapa nagari akan memasak berbagai hidangan tradisional seperti lemang bersama sarikaya, goreng pisang, juga katupek beserta rendang, kalio, dan gulai. Masyarakat setempat juga akan melakukan ziarah ke makam leluhur dan membersihkan makam sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur.

Image by Merza Gamal from Pasbana.com
Image by Merza Gamal from Pasbana.com

Tradisi lebaran setelah enam hari puasa sunah syawal di setiap daerah menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Pesona Indonesia. Selain menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dan memperkuat kebersamaan dalam masyarakat, tradisi-tradisi ini juga dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik bagi wisatawan yang ingin mempelajari dan mengenal budaya Indonesia sebagai Wonderful Indonesia.

Bagi masyarakat Riau (terutama daerah Kampar, Pusako Siak, dan Kuantan Singingi) dan Sumatera Barat (terutama Luhak nan Tigo) dahulu Aghi Ghayo Onam atau Hari Rayo Anam lebih meriah jika dibandingkan dengan hari raya Idul Fitri. Karena pada Hari Rayo Anam ini, seluruh anak kemenakan sasuku, baik yang tinggal di kampung halaman maupun di perantauan akan pulang kampung dan berkumpul semuanya.

Hari Rayo Anam jika dilihat dalam segi keagamaan dengan melakukan ziarah dan mengirimkan doa kepada arwah dari keluarga yang telah meninggal dunia adalah sesuatu perbuatan yang baik, meskipun saat ini ada kelompok yang tidak sependapat dengan ziarah dan berdoa di kuburan. Berdoa untuk keluarga yang telah meninggal mempunyai maksud bagi yang melakukannya dengan harapan agar keluarga yang telah meninggal dunia diberi ketenangan di alam sana dan dijauhkan dari siksaan dan azab kubur.

Tradisi Hari Rayo Anam ini juga bisa menjadi ladang amal bagi masyarakat, menambah keyakinan dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Hal itu dapat menjadi sarana meningkatkan ketenteraman jiwa bagi masyarakat yang melaksanakan tradisi tersebut, serta membuka mata bahwasanya kita hidup di dunia ini hanya untuk sementara dan suatu saat kita pasti akan kembali kepada-Nya.

Dari segi budaya, makna tradisi Hari Rayo Anam ini merupakan jembatan untuk menjalin silaturahmi dalam kehidupan masyarakat. Melalui pelaksanaan tradisi Aghi Ghayo Onam ini dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan antara masyarakat serta terjalinnya rasa kebersamaan dalam prinsip hidup bergotong royong dan saling berbagi antar sesama masyarakat.

Semoga Aghi Ghayo Onam, tradisi lebaran setelah puasa enam hari Syawal di beberapa Kabupaten di Provinsi Riau, serta tradisi serupa di berbagai daerah lainnya di Indonesia bisa  terus dilestarikan dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat setempat serta dapat menarik minat wisatawan untuk mengenal keberagaman budaya Indonesia dalam semangat Wonderful Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun